<p>Gedung Graha 8 milik Tempo Media Grup di Jakarta / Tempo.id</p>
Nasional

Saham Nyaris ARA, Ini Profil Para Pendiri Tempo (TMPO)

  • Awal mulanya pendirian majalah Tempo pada 1971 diawali perundingan enam orang wartawan. Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto Wibisono, berunding dengan Ciputra selaku pendiri/ketua Yayasan Jaya Raya, serta Eric Samola yang menjabat sebagai sekretaris.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO), perusahaan yang bergerak di sektor media akhir-akhir ini menarik atensi masyarakat setelah salah satu segmen kontennya berjudul "Bocor Alus Tempo" yang membuka tabiat pemerintah semakin ramai.

Bahkan baru baru ini, saham Tempo mengalami kenaikan, di mana TMPO bertepatan dengan reshuffle kabinet Presiden Jokowi. Kenaikan ini sejalan dengan laporan Koran Tempo yang terbit  pada 13 Agustus 2024 dengan cover “Kocok Kabinet Meluas”.

Berdasarkan laporan keuangan interim per 30 Juni 2024, emiten dengan kode saham TMPO, yang merupakan pengelola Majalah Tempo dan Tempo.co, mencatatkan kerugian sebesar Rp3,65 miliar sepanjang semester I-2024.

Pencapaian ini berbanding terbalik dengan semester I-2023, ketika perseroan masih mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp974 juta. Meskipun mengalami kerugian, pendapatan TMPO pada semester I-2024 justru melonjak, dengan total Rp135,60 miliar, naik dibandingkan dengan pendapatan sebesar Rp97,52 miliar pada semester I-2023.

Sementara itu, lini bisnis Tempo TV menyumbang pendapatan sebesar Rp6,34 miliar, jasa rumah kreatif menghasilkan Rp3,13 miliar. Lalu, pendapatan dari rombak media mencapai Rp2,92 miliar, jasa penyelenggara acara mencatatkan Rp2,07 miliar, Koran dan iklan koran menyumbang Rp984 juta, dan kertas menghasilkan Rp410 juta.

Awal mulanya pendirian majalah Tempo pada 1971 diawali perundingan enam orang wartawan. Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto Wibisono, berunding dengan Ciputra selaku pendiri/ketua Yayasan Jaya Raya, serta Eric Samola yang menjabat sebagai sekretaris.

Hingga saat ini tempo terus bergerak dan turut mengisi media massa dengan ragam konten dan beritanya. Berikut profil singkat pendiri awal tempo?

Goenawan Mohamad

Goenawan Mohamad pria kelahiran Batang, Jawa Tengah 29 Juli 1941 ini seorang tokoh budaya, jurnalis, dan sastrawan yang turut mendirikan Majalah Tempo. Goenawan Mohamad tertarik terhadap puisi sudah tampak sejak masa sekolah dasar, dimana ia sering mendengarkan acara puisi di RRI.

Usai melanjutkan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Nama Goenawan Mohamad mulai dikenal di kalangan intelektual pada tahun 1960-an. Seiring berakhirnya Orde Lama, ia bersama beberapa rekan, seperti Trisno Sumardjo, Wiratmo Soekito, Taufiq Ismail, Arief Budiman, dan H.B. Jassin, menyusun Manifes Kebudayaan pada tahun 1964.

Selama di Tempo ia, memangku tanggung jawab sebagai Pemimpin Redaksi selama 2 periode karena ada pemrebedelan majalah Tempo. Periode pertama dari tahun 1971 hingga 1992 dan setelah pembredelan pada tahun 1994, Tempo terbit kembali pada tahun 1998. GM memimpin kembali hanya setahun dan menyerahkan ke Bambang Harymurti.

Harjoko Trisnadi

Harjoko Trisnadi lahir di Demak pada tanggal 22 Juni 1930, Pak HT, atau yang dikenal dengan nama awalnya Joppie Kho Tiang Hoen, memulai karirnya sebagai wartawan di Majalah Star Weekly di bawah kepemimpinan tokoh pers Petrus Kanisius (P.K) Ojong, salah satu pendiri Koran Kompas bersama Jacob Oetama, pada tahun 1952.

Setelah sembilan tahun menjadi wartawan, Star Weekly dibredel oleh pemerintah Orde Lama pada tahun 1961. Salah satu penyebabnya adalah karena tulisan-tulisan di majalah tersebut sering mengkritik kebijakan luar negeri pemerintah pada saat itu, yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio, sekutu dekat Bung Karno.

Fikri Jufri

Pendiri ketiga ada Fikri Jufri adalah seorang tokoh jurnalistik yang lahir di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1936. Karir jurnalistik Fikri Jufri dimulai sebagai reporter di Harian Kami pada tahun 1967-1968 dan kemudian sebagai reporter di Harian Pedoman pada tahun 1968-1969. Ia kemudian menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Berita Mingguan Ekspres pada tahun 1970.

Posisi terakhirnya adalah sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Berita Mingguan Tempo sejak tahun 1971 hingga saat ini. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran PT Grafitipers, Pemimpin Redaksi/Pemimpin Umum Majalah Bulanan Matra sejak tahun 1986, dan Direktur PT Bina Media Tenggara, penerbit The Jakarta Post.

Christianto Wibisono

Christianto Wibisono memulai karir penulisannya saat menjadi penulis di surat kabar Harian KAMI yang pertama kali terbit pada Juni 1966. Christianto juga terlibat dalam pendirian Majalah Tempo bersama Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Usamah pada tahun 1971.

Namun demikian, ia keluar dari Tempo pada 1973 dan melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI di 1974 dan menamatkannya pada 1978. Pada 1980, ia mendirikan Pusat Data Bisnis Indonesia. Christianto sempat menjadi asisten pribadi dari Wakil Presiden Adam Malik pada 1978-1983.

Christianto angkat kaki dari Indonesia selang sebulan setelah peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Ia pergi menuju Amerika Serikat bersama keluarganya sejak 11 Juni 1998. Ia diketahui baru pulang ke Jakarta setelah delapan tahun tinggal di Amerika tepatnya pada 2006.

Christianto Wibisono meninggal dunia Kamis, 22 Juli 2021, di usia yang ke 76 tahun. Christianto adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) dan salah satu tokoh pers.