Saham PGAS Awali Pekan dengan Kenaikan Tajam, Lo Kheng Hong Semakin Yakin
- Saham ini naik 4,01% ke level Rp 1.555 dengan volume transaksi mencapai 46,01 juta saham, frekuensi 5.102 kali, dan total nilai transaksi Rp 71,22 miliar.
Bursa Saham
JAKARTA - Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN, salah satu emiten portofolio andalan Lo Kheng Hong, mencatat lonjakan signifikan pada perdagangan sesi pertama pada Senin, 25 November 2024.
Saham ini naik 4,01% ke level Rp 1.555 dengan volume transaksi mencapai 46,01 juta saham, frekuensi 5.102 kali, dan total nilai transaksi Rp 71,22 miliar. Kenaikan ini jauh melampaui performa pekan lalu, di mana saham PGAS hanya mencatat kenaikan tertinggi sebesar 2,73% pada 19 November. Selain itu, saham PGAS tetap menarik dari sisi valuasi.
Diketahui, price to book value (PBV) emiten bersandikan PGAS berada di level 0,91 kali yang menunjukkan undervalue, dan price earning ratio (PER) sebesar 7,09 kali. Sebagai anak usaha PT Pertamina, PGAS memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 37,70 triliun dan tergabung dalam indeks unggulan LQ45.
- Akhir Kasus Guru Supriyani: Divonis Bebas, Dua Polisi Pemeras Dicopot dari Jabatan
- Sejarah Pilkada Serentak di Indonesia dari Masa ke Masa
- Entitas Erajaya (ERAA) Caplok JD Sports Indonesia Rp89,25 Miliar
Terus Bertumbuh
Lo Kheng Hong, dikenal sebagai salah satu investor paling berpengaruh di pasar modal Indonesia, terus menambah portofolionya di PGAS. Hal tersebut tampak dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia per 31 Oktober 2024, ia menggenggam 257.696.100 saham PGAS (1,06%).
Alhasil, jumlah kepemilikan Lo Kheng Hong ini pun menjadikannya pemegang saham terbesar ke-6. Posisi ini bahkan lebih tinggi dibandingkan BlackRock, yang berada di urutan ke-9 dengan 181.259.900 saham (0,75%).
Jika dirunut, penambahan kepemilikan Lo Kheng Hong di saham yang menggunakan kode saham PGAS ini cukup signifikan, bertambah 62.931.300 saham dibandingkan akhir Agustus 2024, di mana saat itu Lo memiliki 194.764.800 saham (0,80%).
Sebelumnya, pada April 2024, kepemilikannya tercatat sebanyak 149.978.100 saham (0,62%). Pertumbuhan ini mencerminkan keyakinan Lo pada potensi jangka panjang PGAS, terutama dengan valuasi yang menarik dan prospek bisnis yang solid.
Fokus Pemanfaatan LNG
Di samping itu, PGAS terus mendukung transisi energi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) dan target Net Zero Emission (NZE) 2060. Pemanfaatan gas bumi, khususnya Liquefied Natural Gas (LNG), menjadi fokus untuk memenuhi kebutuhan domestik dan mengatasi penurunan pasokan gas pipa.
Direktur Komersial PGAS, Ratih Esti Prihatini, menyatakan komitmen perusahaan dalam mengoptimalkan pasokan gas bumi domestik. Menurutnya, pemanfaatan LNG domestik adalah peluang besar dalam menghadapi penurunan pasokan gas pipa eksisting.
Salah satu sumber potensial adalah Lapangan Andaman, yang dekat dengan Fasilitas LNG Arun untuk regasifikasi. “Hal ini memerlukan dukungan pasokan baru yang handal agar mampu memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat,” ujar Ratih pada Senin, 25 November 2024.
Harga LNG domestik stabil karena mengacu pada Indonesia Crude Price (ICP), memberikan keunggulan dibandingkan referensi harga LNG Asia. PGN menjalin kerja sama jangka panjang dengan penyedia LNG domestik untuk menjaga kelangsungan pasokan gas bumi.
Penggunaan gas bumi domestik diperkirakan mencapai puncaknya pada 2040-an. Saat ini, sekitar 60% gas bumi digunakan domestik, dengan sektor industri sebagai konsumen terbesar. Pada 2025, kebutuhan LNG di Jawa Barat diproyeksikan mencapai 22–25 kargo (1 kargo setara 8–10 BBTUD).
PGAS berkomitmen memanfaatkan uncommitted LNG domestik, meningkatkan fasilitas regasifikasi, dan bersinergi dengan pemerintah serta stakeholder untuk menciptakan kebijakan adaptif yang mendukung pasar gas bumi berkelanjutan.