Ilustrasi satelit Starlink
Korporasi

Saham Raksasa Telekomunikasi Tertekan, Apakah Efek Starlink?

  • Data perdagangan tujuh hari terakhir, saham raksasa telco seperti TLKM, ISAT dan EXCL, secara keseluruhan terpantau tertekan di atas 4%. Hal ini bertepatan dengan rilisnya layanan internet Starlink.
Korporasi
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Saham-saham raksasa telco atau telekomunikasi terpantau mengalami penurunan pada perdagangan Jumat, 24 Mei 2024. Hal itu seiring penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,51% ke level 7.222,38.

Berdasarkan data RTI Business, saham raksasa telco yang mengalami pelemahan terkuat adalah PT Indosat Tbk (ISAT), yang susut 1,71% ke level Rp10.075 per saham, disusul PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melemah 0,34% ke level Rp2.940 per saham. 

Sementara itu, saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) menjadi satu-satunya saham raksasa telco yang ditutup stagnan di level Rp2.470 per saham. Pertanyaannya, apakah pelemahan saham-saham itu imbas layanan internet Starlink yang belum lama ini mengudara di Indonesia?

Data perdagangan tujuh hari terakhir, saham-saham perusahaan telco secara keseluruhan terpantau tertekan di atas 4%. Emiten bersandikan ISAT memimpin dengan pelemahan sebesar 6,71%, diikuti oleh TLKM yang turun 5,16%, dan EXCL yang merosot 4,26%.

Di sisi lain, pelemahan saham perusahaan telco terjadi setelah peluncuran Starlink di Indonesia pada 19 Mei 2024. Starlink adalah layanan internet berbasis satelit dengan orbit rendah dari permukaan bumi, yang dikembangkan oleh SpaceX sebuah perusahaan roket milik Elon Musk.

Sementara itu, mayoritas perusahaan telco di Indonesia masih bergantung pada teknologi infrastruktur fisik, seperti menara seluler, kabel bawah tanah, dan stasiun basis. Akibatnya, aksesibilitas internet sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur yang memadai di setiap daerah.

Ekonom dan Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan kehadiran Starlink tidak secara otomatis memberikan dampak signifikan ketika dibandingkan dengan fluktuasi harga saham-saham telco.

“Apresiasi pasar saya kira cukup wajar, karena kebetulan harga ketiga emiten tersebut tertekan bukan hanya karena kehadiran Starlink, tetapi juga karena kondisi indeks yang sedang mengalami koreksi,” ungkap Lucky saat dihubungi TrenAsia, Senin, 27 Mei 2024. 

Tantangan

Lucky juga menyebut kehadiran Starlink memang memberikan tantangan tersendiri bagi TLKM, EXCL dan ISAT. Terlebih, dengan kemampuannya sebagai perangkat yang berada di orbit rendah, Starlink mampu menyediakan cakupan yang jauh lebih cepat dan lebih efisien.

“Menurut saya ini menjadi tantangan tapi tidak serta-merta (harus ditakuti). Bahwa, XL, Telkom, dan Indosat khawatir ya itu wajar karena populasi masyarakat di sini memang cukup banyak yang menggunakan Internet Service Provider (ISP),” jelasnya. 

Selain ketiga emiten tersebut, kata Lucky, emiten-emiten menara yang merupakan penyedia infrastruktur telekomunikasi, seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) hingga PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), juga perlu mewaspadai kehadiran Starlink.

“Kehadiran Starlink ini memang perlu diperhatikan ya, karena dengan biaya yang menurut saya itu affordable atau terjangkau, karena kalau dikatakan mulai dari 7-8 juta ataukah let's say more or less 8 juta kurang,” jelasnya.

Lucky menambahkan ketika permintaan terhadap Starlink meningkat, ada dua kemungkinan skenario yang mungkin terjadi, yakni harga bisa naik karena tingginya permintaan, atau harga bisa dipertahankan rendah untuk mempercepat penyebarannya.

Perbandingan Harga

Melansir laman Starlink, biaya pembelian perangkat internet ini sebesar Rp7,8 juta. Namun, hingga 10 Juni 2024, pelanggan bisa mendapatkannya dengan harga Rp4,8 juta. Kecepatan internet yang ditawarkan berkisar antara 25-300 Mbps.

Starlink menyediakan tiga paket internet, yaitu paket penggunaan di rumah seharga Rp750 ribu per bulan, paket penggunaan selama bepergian seharga Rp990 ribu per bulan, dan paket penggunaan di perairan seharga Rp4,34 juta per bulan.

Starlink juga menawarkan paket internet bisnis dengan rincian sebagai berikut: paket penggunaan di rumah seharga Rp1,1 juta per bulan, paket mobilitas di darat seharga Rp4,34 juta per bulan, dan paket penggunaan di perairan seharga Rp4,34 juta per bulan.

Sebagai perbandingan, layanan internet di Indonesia seperti Indihome dari TLKM dibanderol mulai dari Rp300 ribu per bulan hingga Rp1 juta per bulan dengan kecepatan 30 Mbps hingga 300 Mbps.

Sementara itu, XL Home dari EXCL menawarkan layanan internet dengan harga penawaran mulai dari Rp259 ribu per bulan hingga Rp318 ribu per bulan dengan kecepatan 75 Mbps hingga 100 Mbps.