Saham Saratoga (SRTG) Melambung 16 Persen, Efek ADRO?
- Berdasarkan data RTI Business, pada sekitar pukul 10.43 WIB, saham Saratoga tercatat di level Rp2.670 per saham, naik 16,09%. Saham ini diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 10.386 kali, dengan total volume 66,82 juta lembar dan nilai transaksi mencapai Rp176,9 miliar.
Korporasi
JAKARTA - Saham emiten investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), yang dimiliki oleh Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno, tiba-tiba melonjak pada sesi pertama perdagangan, Kamis, 12 September 2024.
Berdasarkan data RTI Business, pada sekitar pukul 10.43 WIB, saham Saratoga tercatat di level Rp2.670 per saham, naik 16,09%. Saham ini diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 10.386 kali, dengan total volume 66,82 juta lembar dan nilai transaksi mencapai Rp176,9 miliar.
Sementara itu, Pada perdagangan sehari sebelumnya, 11 September, saham Saratoga juga menguat meski tipis, sebesar 0,88%. Lonjakan saham Saratoga terjadi bersamaan dengan kenaikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) pada sesi pertama perdagangan hari ini.
- B40 akan Diluncurkan 2025, Bagaimana Nasib BBN Lainnya?
- Saham ADRO Ngebut Gara-gara Disiram ‘Bensin’ Ini
- Harga Emas Hari Ini Turun Tipis Rp2.000
Saratoga diketahui memiliki 3,67% saham Adaro secara langsung. Selain itu, Saratoga juga menguasai saham Adaro secara tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Lestari (ASL) dan PT Adaro Strategic Capital (ASC). Berdasarkan laporan keuangan semester I-2024, Saratoga memiliki 29,79% saham ASL dan 25% saham ASC.
Sementara itu, ADRO pada pukul 10.55 WIB berada di level Rp3.940 per saham, naik 11,93%. Kenaikan ini terjadi setelah perseroan mengumumkan rencana untuk menjual seluruh saham yang dimilikinya di PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), yang sebelumnya dikenal sebagai PT Alam Tri Abadi.
ADRO sebelumnya mengumumkan rencana melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), sebelumnya dikenal sebagai PT Alam Tri Abadi. Saat ini, ADRO memegang 7,01 miliar saham AAI, setara dengan 99,99% kepemilikan.
Nilai penjualan saham ini diperkirakan mencapai US$2,45 miliar atau sekitar Rp37,8 triliun. Rencana tersebut akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Oktober 2024.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), disebutkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi ADRO untuk memisahkan bisnis pertambangan dari bisnis pendukung di bawah AAI.
“Sesuai POJK 35/2020 tentang Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Bisnis di Pasar Modal mengenai batas kewajaran, nilai transaksi sebanyak-banyaknya tidak dapat melebihi 34,2% dari total ekuitas perseroan,” jelas manajemen ADRO dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Kamis, 12 September 2024.
Perusahaan akan lebih fokus pada Adaro Minerals dan Adaro Green, guna memperkuat sinergi di masing-masing sektor industri. "Langkah ini diharapkan dapat memaksimalkan kinerja AAI serta meningkatkan fokus pada pengembangan bisnis non-batu bara termal," ungkap manajemen ADRO.
Transaksi ini diharapkan akan memperkuat fokus AAI pada pengembangan bisnis dan memberikan akses pendanaan yang lebih kompetitif, serta mempermudah kerja sama dengan mitra dalam proyek ramah lingkungan, menciptakan peluang investasi baru bagi publik.