IMG_6636.webp
Bursa Saham

Saham Telekomunikasi Menguat: ISAT, TLKM, dan EXCL Jadi Sorotan Investor Pekan Ini

  • Saham sektor telekomunikasi bergerak positif sepekan terakhir. ISAT, TLKM, dan EXCL mencatatkan kenaikan didorong sentimen fundamental dan prospek bisnis menjanjikan.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Saham emiten telekomunikasi selama satu minggu perdagangan terakhir terpantau melesat. Hal ini didorong oleh sejumlah sentimen positif termasuk fundamental dan rencana ekspansi oleh perseroan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Rabu, 20 November 2024, saham PT Indosat Tbk (ISAT) memimpin penguatan 7,27% ke level Rp2.360 per saham selama perdangan satu minggu terakhir.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Rabu, 20 November 2024, saham PT Indosat Tbk (ISAT) memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 7,27% ke level Rp2.360 per saham selama satu minggu terakhir.

BRI Danareksa Sekuritas dalam riset terbarunya mempertahankan rekomendasi beli saham ISAT dengan target harga Rp3.800, yang mengimplikasikan perkiraan EV/EBITDA tahun 2025 sekitar 5,7 kali.

BRI Danareksa Sekuritas menyebut bahwa rekomendasi ini mencerminkan berlanjutnya ekspansi perseroan serta prospek margin yang lebih menguntungkan ke depan.

Sementara itu, nilai saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga mengalami kenaikan sebesar 4,71% ke level Rp2.660 per saham sepanjang satu minggu terakhir. Namun, kenaikan tersebut belum mampu mengimbangi penurunan harga secara year to date yang tercatat turun 33,58%.

NH Korindo Sekuritas dalam risetnya menyebutkan bahwa saham TLKM tetap menarik dengan rekomendasi beli yang dipertahankan, mencerminkan potensi perbaikan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) seiring dengan unlock value dari bisnis data center.

NH Korindo Sekuritas juga menetapkan target harga saham TLKM di level Rp3.150 per saham, dengan perkiraan EV/EBITDA tahun 2025 sekitar 5 kali. "Kami mempertahankan rekomendasi beli saham TLKM dengan katalis utama ekspektasi perbaikan ARPU dan langkah unlock value dari bisnis data center sebagai mesin pertumbuhan masa depan," tulis analis NH Korindo, Leonardo Lijuwardi, dalam riset terbarunya.

Tidak ketinggalan, PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga mencatat penguatan saham sebesar 2,33% ke level Rp2.200 per saham. Saham EXCL tetap menarik untuk dilirik, dengan rekomendasi beli yang dipertahankan oleh BRI Danareksa Sekuritas. Analis BRI Danareksa, Niko, bahkan merevisi target harga saham EXCL dari Rp3.300 menjadi Rp3.500.

Revisi target ini mempertimbangkan tambahan pelanggan dari LINK ke dalam perseroan, yang diharapkan memberikan dampak positif terhadap pendapatan dan laba bersih perseroan di tahun mendatang.

Persiapan PPN Naik

Di samping itu, ISAT dan EXCL akan menyesuaikan strategi bisnis mereka seiring dengan rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025. Hal ini dilakukan untuk tetap mendukung kebijakan pemerintah sekaligus menjaga stabilitas bisnis di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi.

Senior Vice President Head of Corporate Communication ISAT, Steve Saerang, menegaskan bahwa Indosat terus melakukan kajian bisnis terkait dampak dari kenaikan PPN tersebut. “Indosat Ooredoo Hutchison senantiasa mendukung kebijakan pemerintah dan terbuka untuk menjadi mitra bagi seluruh pemangku kepentingan dalam penerapan aturan dan tata kelola yang berlaku,” ujar Steve pada 19 November 2024.

Steve menambahkan bahwa fokus Indosat tetap pada memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan, khususnya pelanggan prabayar. Adapun, perubahan nilai PPN bagi pelanggan pascabayar akan langsung tercermin dalam tagihan sesuai dengan ketentuan pemerintah. Hingga kuartal III 2024, jumlah pelanggan Indosat tercatat sebanyak 98,7 juta, sedikit menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, Head External Communications XL Axiata, Henry Wijayanto, menyatakan bahwa pihaknya akan mengikuti kebijakan pemerintah terkait kenaikan PPN. Meski Henry tidak merinci langkah strategis yang akan diambil XL, perusahaan tetap optimistis terhadap perkembangan bisnis fixed broadband (FBB) dan fixed mobile convergence (FMC) yang terus tumbuh.

Baik Indosat maupun XL Axiata, bersama dengan operator lain seperti Telkomsel, menghadapi tantangan berupa tekanan pada rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) akibat persaingan ketat dan pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini disinyalir memengaruhi pergerakan jumlah pelanggan yang cenderung stagnan atau sedikit menurun hingga kuartal III 2024.