
Saham TOWR, MTEL, dan TBIG Kian Menjanjikan, Sekuritas Ini Beberkan Katalisnya
- JBRI Danareksa Sekuritas melihat prospek cerah bagi emiten infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, seiring dengan meningkatnya permintaan layanan fixed broadband. Tren digitalisasi, ekspansi layanan OTT, dan konsumsi data yang terus berkembang memicu kebutuhan akan jaringan berkualitas.
Bursa Saham
JAKARTA - BRI Danareksa Sekuritas melihat prospek cerah bagi emiten infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, seiring dengan meningkatnya permintaan layanan fixed broadband. Tren digitalisasi, ekspansi layanan OTT, dan konsumsi data yang terus berkembang memicu kebutuhan akan jaringan berkualitas.
Dalam riset terbaru yang dirilis di Jakarta pekan lalu, perusahaan sekuritas ini mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham-saham di sektor ini, dengan PT Sarana Menara Infrastruktur Tbk (TOWR) sebagai pilihan utama.
Sejalan dengan optimisme tersebut, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli untuk saham TOWR dengan target harga Rp1.400. Rekomendasi serupa juga diberikan untuk saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dengan target harga Rp1.000 serta PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan target harga Rp3.200.
- Mengenal Prodia (PRDA), Emiten Kesehatan yang Rajin Tebar Dividen
- American Airlines dan Helikopter Black Hawk Tabrakan di Udara
- Prediksi OJK Soal Pertumbuhan Kredit Perbankan di 2025
Potensi Pertumbuhan Fixed Broadband
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Kafi Ananta dan Niko Margaronis, menilai bahwa pasar fixed broadband di Indonesia masih memiliki ruang ekspansi yang sangat luas. Hingga saat ini, penetrasi fixed broadband nasional baru mencapai 18-23%, atau sekitar 13-14 juta sambungan.
“Jika dibandingkan dengan jumlah rumah tangga di Indonesia yang mencapai 73 juta serta total sambungan listrik PLN rumah tangga yang mencapai 82 juta pada 2023, angka tersebut masih tergolong rendah,” jelas mereka dalam risetnya dikutip pada Kamis, 30 Januari 2025.
Selain itu, jumlah pelanggan fixed broadband juga masih jauh lebih kecil dibandingkan kapasitas homepass yang telah disediakan oleh penyedia layanan internet (ISP). Misalnya, Telkom diperkirakan memiliki sekitar 20-25 juta homepass, Link Net menguasai sekitar 4 juta homepass, sementara TOWR memiliki sekitar 1,5 juta homepass. Sisa kapasitas homepass lainnya tersebar di berbagai ISP kecil seperti ICON+, WIFI, dan Remala Abadi (DATA).
Disrupsi oleh ISP Kecil dan Dampaknya
BRI Danareksa memandang kehadiran ISP kecil yang semakin agresif menawarkan paket internet berlangganan dengan harga lebih murah menjadi faktor penting dalam dinamika industri broadband di Indonesia.
“Dengan tarif berkisar Rp 100-200 ribu per bulan, ISP kecil mampu menarik pelanggan baru, terutama di daerah-daerah yang selama ini belum terjangkau oleh jaringan broadband besar. Struktur biaya operasional yang lebih rendah memungkinkan mereka menawarkan harga lebih kompetitif dibandingkan ISP besar,” jelasnya.
Fenomena ini diperkirakan akan mendisrupsi pasar fixed broadband nasional. Dengan semakin banyaknya pengguna yang beralih ke layanan dari ISP kecil, kebutuhan akan infrastruktur telekomunikasi, termasuk jaringan serat optik dan menara telekomunikasi, diprediksi akan meningkat. Hal ini memberikan dampak positif bagi emiten seperti TOWR, MTEL, dan TBIG, yang menyediakan layanan infrastruktur bagi penyedia internet.