Saham UNVR Dihajar Pasar Usai Kinerja Kuartal III-2024 Melempem
- Berdasarkan data RTI Business, hingga pukul 10.26 WIB, saham UNVR turun 6,87% ke level Rp2.170 per saham, yang mencerminkan penurunan sebesar 38,53% sepanjang tahun berjalan
Korporasi
JAKARTA – Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pada perdagangan Kamis, 24 Oktober 2024, harus mengalami tekanan aksi jual yang signifikan. Situasi tersebut terjadi di tengah laporan kinerja kuartal III-2024 perseroan yang melempem.
Berdasarkan data RTI Business, hingga pukul 10.26 WIB, saham UNVR turun 6,87% ke level Rp2.170 per saham, yang mencerminkan penurunan sebesar 38,53% sepanjang tahun berjalan (year-to-date).
Selama sesi tersebut, saham UNVR telah diperdagangkan sebanyak 47,99 juta lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp102,40 miliar. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana prospek saham ini di tengah kinerja yang melempem.
- Harga Sembako di DKI Jakarta Kamis, 24 Oktober 2024, Beras Muncul .I Naik, Ikan Lele Turun
- Profil Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar: Dari Dokter hingga Ipar 'Penguasa' Kalimantan
- Harga Emas Hari Ini Susut Rp6.000 Segram
Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer, Inggrid Gondoprastowo, dan Jennifer Audrey Harjono dalam risetnya terkait kinerja UNVR memberikan rekomendasi netral saham emiten konsumer ini dengan target profit sebesar Rp2.750 per saham.
Ketiganya juga telah memiliki pandangan dengan kinerja kuartal III-2024 yang buruk memberikan sentimen terhadap harga saham di pasar. “Kami memperkirakan reaksi negatif pasar terhadap hasil yang lemah ini,” ujarnya pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Berdasarkan laporan keuangan interim yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 23 Oktober 2024, UNVR hanya meraup laba bersih Rp3 triliun, turun 28,1% dibandingkan periode kuartal III-2024 yang mencapai Rp4,18 triliun.
Penurunan ini disebabkan oleh penurunan penjualan bersih sebesar 10,1%, menjadi Rp27,41 triliun. Segmen home and personal care mengalami penurunan penjualan 11,7%, sementara segmen makanan dan minuman turun 7,18%.
Analis Mandiri Sekuritas menyatakan bahwa penurunan laba dan penjualan UNVR dipicu oleh ketidakstabilan harga, pengurangan stok di saluran distribusi, serta dampak sisa boikot yang menjadi faktor utama penurunan tersebut.
“Ke depan, UNVR akan fokus pada Growth Action Plan, yang mencakup penguatan merek dan portofolio, strategi Go-To-Market, serta penyesuaian biaya, yang diharapkan mulai memberikan hasil pada paruh kedua tahun 2025,” tambahnya.
Dari sisi neraca keuangan, UNVR mencatat penurunan total aset sebesar 0,72%, dari Rp16,66 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp16,54 triliun pada akhir September 2024. Penurunan ini mencerminkan sedikit pengurangan nilai aset perusahaan.
Oleh sebab itu, total kewajiban perusahaan atau liabilitas UNVR turun sebesar 0,14%, dari Rp13,12 triliun menjadi Rp13,10 triliun. Namun, ekuitas justru turun signifikan sebesar 19,4%, dari Rp16,66 triliun menjadi Rp13,43 triliun, mencerminkan dampak negatif pada posisi keuangan perusahaan akibat penurunan kinerja operasional.
Sementara itu, Direktur Utama Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyatakan bahwa kinerja perusahaan tahun ini menghadapi tantangan besar. Namun, ia menegaskan bahwa perusahaan memahami langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi situasi tersebut.
Benjie juga menekankan bahwa perusahaan tengah melakukan penyesuaian pada produk dan efisiensi operasional dengan visi jangka panjang. Meskipun hasilnya membutuhkan waktu, ia optimistis bahwa Unilever akan pulih dan kembali kuat di masa depan.