Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Saham UNVR hingga EXCL Top Gainers LQ45 Saat IHSG Dibuka Layu

  • IHSG dibuka mengalami pelemahan 15,40 poin atau 0,21% ke level 7.159,13. Saham UNVR hingga EXCL sementara menjadi top gainers LQ45.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis, 25 April 2024, dibuka mengalami pelemahan 15,40 poin atau 0,21% ke level 7.159,13. Meski begitu, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hingga PT XL Axiata Tbk (EXCL) sementara menjadi top gainers dalam indeks LQ45. 

Berdasarkan data IDX Mobile pada pukul 9:15 WIB, indeks LQ45 terpantau melemah 0.83% ke level 923,65. Hal ini diakibatkan 28 emiten mengalami pelemahan, 6 emiten stagnan dan hanya 11 yang menunjukkan peningkatan harga. 

Berkenan dengan tiga besar saham paling laris atau top gainers LQ45 dihuni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menguat 5,86% ke level Rp2.530 per saham. Peningkatan nilai emiten FMCG ini tersengat laba bersih kuartal I-2024 perseroan yang naik 3,1% menjadi Rp1,4 triliun. 

Sementara di posisi kedua dan ketiga dihuni oleh PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Kedua saham ini terpantau mengalami kenaikan di level 3,33% (Rp775 per saham) dan 2,94% (Rp2.450 per saham).

Sementara itu saham paling tekor atau top losers LQ45 ditempati oleh PT Mitra Pack (PTMP) turun 10,71% ke level Rp125 per saham, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) turun 2,16% ke leve Rp362 per saham, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,91% ke level Rp5.125 per saham. 

Prediksi IHSG 

Sebelumnya, Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut IHSG bakal bergerak pada support dan resistance di level 7.130 – 7.230. Meski begitu, perusahaan efek itu juga tidak memungkiri bakal terjadi koreksi pada indeks pasar modal. “Potensi koreksi berpotensi untuk terjadi,” tulis Pilarmas dalam risetnya hari ini.

Tak terduga, lanjut Pilarmas, Bank Indonesia memutuskan untuk meningkatkan tingkat suku bunga di tengah situasi saat ini. Kenaikan ini berpotensi mengejutkan negara-negara berkembang lainnya di Asia yang sedang berusaha menjaga stabilitas mata uang mereka, termasuk Jepang yang mungkin akan mengikuti langkah tersebut mengingat pelemahan terus mendera Yen.

“Saat ini Rupiah telah mengalami pelemahan hampir 5% pada tahun ini, dan Bank Indonesia terus berjanji untuk meningkatkan intervensi dan membiarkan tingkat suku bunga naik untuk menarik lebih banyak capital inflow ke pasar,” jelas Pilarmas.

Menurut Pilarmas, ada beberapa sektor yang akan diuntungkan dengan kondisi suku bunga saat ini, yaitu sektor keuangan bagaikan pandora box, diuntungkan dari potensi kenaikan margin bunga bersih dan akan berkontribusi lebih bagi perbaikan kinerja pendapatan dan laba perusahaan.

Namun, lanjut Pilarmas, ada pula tantangan yang dihadapi oleh perusahaan perbankan yakni potensi mendinginnya pertumbuhan kredit karena pelaku usaha mulai mengevaluasi keputusan melakukan pinjaman dengan bunga yang lebih tinggi. “Sektor kedua yang diuntungkan adalah sektor kesehatan, dimana sektor ini terbukti tangguh melawan berbagai keadaan krisis perekonomian,” papar Pilarmas.

Sedangkan sektor yang akan dirugikan adalah sektor konsumen, sektor teknologi, sektor property. “Akan tetapi ditengah kemungkinan merosotnya kinerja saham sektor consumer, teknologi dan property, pemodal bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli saham-saham sektor tersebut diharga bawah namun tetap memperhatikan fundamental dan potensi valuasi di masa yang akan datang ya,” kata Pilarmas.