Sam Altman: ChatGPT Pro Ternyata Membuat Rugi Perusahaan
- OpenAI menghadapi beberapa tantangan keuangan yang signifikan. CEO OpenAI Sam Altman mengatakan layanan ChatGPT Pro atau ChatGPT berbayar malah membuat rugi perusahan.
Tekno
JAKARTA – OpenAI menghadapi beberapa tantangan keuangan yang signifikan. CEO OpenAI Sam Altman mengatakan layanan ChatGPT Pro atau ChatGPT berbayar malah membuat rugi perusahan.
Dalam serangkaian tweet, Altman menjelaskan OpenAI mengalami kerugian melalui ChatGPT Pro, layanan berlangganan yang tersedia secara eksklusif untuk pengguna berbayar. Namun, jika semakin banyak orang yang berlangganan layanan tersebut, mengapa perusahaan tersebut merugi?
OpenAI menawarkan layanan ChatGPT Premium dengan fitur AI yang lebih canggih dan lengkap, serta mengenakan biaya sebesar US$200 (Rp3 juta) per bulan.
- Film dan Drama Bertema Luar Angkasa, Terbaru When the Stars Gossip
- Los Angeles Dilanda Kebakaran Besar, Rumah Selebritis Jadi Lautan Api
- Menakar Kinerja Perbankan di Tahun 2024: BBCA, BBRI, dan BRIS Memimpin
Ternyata dengan harga langganan tersebut, perusahaan justru mengalami kerugian karena orang-orang lebih sering menggunakan ChatGPT daripada yang diperkirakan perusahaan. Akibatnya, kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan dengan pemasukan tidak sebanding.
“Saya pribadi yang menentukan harga tersebut, dan saya kira kami akan menghasilkan uang” tulis Altman dalam serangkaian posting di X atau Twitter.
Dilansir dari Tech Crunch, Jumat, 10 Januari 2025, ChatGPT Pro, yang diluncurkan akhir 2024, memberikan akses ke model AI “penalaran” o1 versi yang ditingkatkan, serta meningkatkan batas kecepatan pada sejumlah alat perusahaan, termasuk generator video Sora.
Harga langganan ChatGPT Pro tidak langsung diterima dengan baik pada peluncurannya. Harganya saat itu mencapai US$2,400 per tahun, dan nilai dari mode o1 pro khususnya masih belum jelas. Namun, berdasarkan postingan Altman, sepertinya pengguna yang sudah berlangganan ChatGPT Pro telah memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Bloomberg, Altman mengungkapkan OpenAI tidak melakukan penelitian harga untuk menetapkan paket premium ChatGPT.
“Saya yakin kami menguji dua harga, US$20 dan US$42,” katanya.
- Usia Pensiun Sentuh 65 Tahun pada 2043, Pekerja Diberi Pilihan ini
- Kinerja Terus Tertekan, Begini Prospek Bisnis Modal Ventura 2025
- Dipanggil KPK Lagi, Hasto Siapkan Pledoi 7 Bahasa
“Orang-orang merasa US$42 terlalu mahal. Mereka dengan senang hati membayar US$20. Kami memilih US$20. Mungkin itu terjadi pada akhir Desember 2022 atau awal Januari. Itu bukan proses yang ketat seperti ‘mempekerjakan seseorang dan melakukan studi harga,’” terangnya.
OpenAI belum menguntungkan, meskipun telah mengumpulkan sekitar US$20 miliar (Rp325 triliun) sejak didirikan. Perusahaan dilaporkan mengalami kerugian sekitar US$5 miliar (Rp81 triliun) dengan pendapatan sebesar US$3,7 miliar (Rp60 triliun) tahun 2024 lalu.