<p>Kebun kelapa sawit (CPO) milik PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) / Dok. Perseroan</p>
Korporasi

Sampoerna Agro (SGRO) Targetkan Produksi Kelapa Sawit Naik 19 Persen

  • Emiten perkebunan, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menargetkan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sebesar 19% sepanjang tahun ini.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Emiten perkebunan, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menargetkan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sebesar 19% sepanjang tahun ini. Hal ini didorong oleh cuaca yang relatif baik selama tahun 2020 – 2021.

Direktur Keuangan Sampoerna Agro, Heri Harjanto mengaku optimistis tren pertumbuhan produksi masih akan berlangsung pada semester II-2021. Mulai membaiknya perekonomian global dinilai sebagai salah satu faktor pendorong industri kelapa sawit.

"Dengan adanya kondisi cuaca yang baik serta pandemi dan perekonomian yang mulai terkontrol, kita melihat produksi TBS secara tahunan masih bisa tumbuh sekitar 16-19 persen,” ujarnya dalam paparan publik virtual, Jumat, 10 September 2021.

Kendati begitu, Heri mengungkapkan adanya kenaikan beberapa komponen biaya produksi sejak paruh pertama tahun ini. Adapun total produksi TBS pada semester I-2021 sebesar 969.131 ton atau melesat sekitar 36% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Heri menjelaskan, peningkatan total produksi itu ditopang oleh kawasan kebun perseroan di Sumatera Selatan yang naik hingga 55% menjadi 611.700 ton. Sementara itu, produksi kawasan kebun di Kalimantan turut naik sekitar 12% menjadi 357.431 ton.

Bahkan perseroan meyakini pertumbuhan ini masih akan berlanjut hingga tahun depan. Heri memproyeksikan produksi sawit SGRO mampu tumbuh sekitar 10% sepanjang 2022. Dengan catatan, kondisi cuaca masih mendukung seperti dua tahun terakhir ini.

Selain itu, perseroan juga akan lebih ke intensifikasi dibanding ekspansi perusahaan. Ia bilang, perseroan hanya akan melakukan ekspansi ke area-area yang sudah dimiliki dengan pertumbuhan yang relatif tidak terlalu agresif.

“Jadi pertumbuhan luasan lahan akan lebih moderat, akan tetapi fokus lebih banyak terhadap intensifikasi untuk meningkatkan yield dari perseroan,” tuturnya.