Saran Keuangan untuk Gen Z: Hindari Utang Konsumtif
- Nina Kurnia Dewi, seorang pakar keuangan, menyatakan penting bagi generasi muda ini untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat sejak dini agar mampu menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.
Hiburan
JAKARTA - Generasi Z dikenal sebagai generasi dengan tingkat literasi teknologi tinggi. Nina Kurnia Dewi, seorang pakar keuangan, menyatakan penting bagi generasi muda ini untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat sejak dini agar mampu menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.
Menurut Nina, Gen Z sering terpengaruh oleh gaya hidup YOLO (You Only Live Once) dan FOMO (Fear of Missing Out), yang kerap mendorong mereka untuk mengambil keputusan finansial impulsif. Menurutnya, mengelola uang bukan hanya soal menghitung, tetapi soal pola pikir. Menabung harus menjadi prioritas utama dibandingkan memuaskan keinginan yang bersifat sementara.
“Keinginan berbeda dengan kebutuhan. Jika menginginkan sesuatu (kebutuhan tersier), mindset (pola pikir) yang harus dibangun adalah menabung, bukan berutang," terang Nina kala memberikan pemaparan dalan acara webinar “Financial Planning ala Gen Z”, di Jakarta dikutip Kamis, 23 Januari 2024.
Salah satu langkah awal yang disarankan adalah menetapkan tujuan keuangan secara jelas. Gen Z dianjurkan untuk memprioritaskan investasi pada hal-hal yang mendukung masa depan, seperti kesehatan, pengembangan keterampilan, dan investasi lainnya yang mudah diakses.
Bagi Nina, menetapkan tujuan membuat kita lebih fokus dan mengarahkan pengeluaran ke hal-hal yang benar-benar bermanfaat. Selain itu, membuat anggaran dan laporan keuangan merupakan langkah penting dalam memahami pola konsumsi pribadi.
Dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran, seseorang dapat mengetahui sejauh mana pengeluarannya sesuai dengan rencana. Nina juga menekankan pentingnya menyisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat yang idealnya mencukupi kebutuhan hidup selama enam bulan.
Namun, salah satu tantangan terbesar bagi Gen Z adalah menghindari utang konsumtif. Dalam kondisi ini, Nina mengingatkan Gen Z untuk membedakan kebutuhan dan keinginan.
Nina memberikan contoh bahwa membeli barang-barang mahal atau mengikuti tren hanya untuk terlihat keren dapat menyebabkan masalah finansial di kemudian hari. Menurut Nina, utang konsumtif bukan hanya merugikan secara finansial tetapi juga memengaruhi kesehatan mental. "Ada dua pendekatan di sini, yaitu pola pikir menabung dan berutang. Saya sarankan untuk memperkuat pola pikir menabung,” pungkas Nina.
Selain itu, literasi keuangan menjadi kunci utama untuk menciptakan kebiasaan finansial yang sehat. Gen Z didorong untuk belajar dari berbagai platform edukasi keuangan, seperti webinar, buku, dan konten digital lainnya.
Menemukan mentor berpengalaman juga dapat membantu mereka memahami pengelolaan keuangan dengan lebih baik. Tidak kalah penting, introspeksi diri perlu dilakukan untuk mengurangi pengeluaran yang tidak esensial, seperti membeli kopi kekinian yang sering kali menjadi pemborosan tersembunyi.
Melalui berbagai langkah ini, Gen Z diharapkan mampu membangun pola pikir keuangan yang lebih baik, menghadapi tantangan ekonomi dengan bijak, dan menciptakan masa depan yang lebih stabil secara finansial.