Saran Warren Buffett Ketika Saham Global Kompak Merah
- Awal pekan ini bursa saham global kompak runtuh menyusul memburuknya sentimen pasar, terutama dari Amerika Serikat (AS). Ambruknya Wall Street pun berdampak pada bursa-bursa di Asia Pasifik.
Bursa Saham
JAKARTA—Awal pekan ini bursa saham global kompak runtuh menyusul memburuknya sentimen pasar, terutama dari Amerika Serikat (AS). Ambruknya Wall Street pun berdampak pada bursa-bursa di Asia Pasifik. Indeks Nikkei Jepang bahkan sempat anjlok 12,4% pada penutupan hari Senin, 5 Agustus 2024.
Kerugian yang mencapai 4.451,28 poin itu menjadi hari terkelam bagi Nikkei sejak “Black Monday” tahun 1987. Ambesnya indeks tersebut juga merupakan kerugian terbesar dalam hal poin sepanjang sejarah Nikkei. Bursa Asia lainnya pun runtuh.
Indeks KOSPI Korea Selatan ditutup ambles 8%, TSEC Taiwan turun 8,4%, Straits Times Singapura anjlok 4,24%, Hang Seng turun 1,6%, dan Shanghai Composite turun 1,54%. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia ambles cukup dalam, mencapai 3,4%.
Meski demikian, dalam perdagangan sesi I Selasa, 6 Agustus 2024, IHSG mulai pulih dengan kenaikan 1,1%. Turunnya saham-saham tersebut tak lepas dari aksi jual global yang dipicu meningkatnya kekhawatiran akan resesi di AS.
Selain itu, naiknya suku bunga Jepang secara mengejutkan serta perkembangan geopolitik yang memburuk di Timur Tengah ikut menyebabkan bursa saham terjun bebas. Lalu bagaimana langkah yang perlu diambil investor menghadapi kondisi seperti ini?
Jangan Khawatir dengan Koreksi
Anda dapat mendengar saran miliarder dan investor kawakan Warren Buffett. Menurut Buffett, investor yang khawatir terhadap koreksi di bursa saham sebaiknya tidak memegang saham.
Buffett mengatakan penurunan saham tidak terlalu penting bagi seorang investor jangka panjang. “Anda sebaiknya mengabaikan kenaikan dan penurunan jangka pendek di pasar saham. Jika Anda khawatir dengan koreksi, sebaiknya Anda tidak memiliki saham,” ujar Buffett dalam sebuah wawancara dengan The Street, dikutip Selasa.
Dia mewanti-wanti investor agar tak menganggap saham sebagai sesuatu yang bergerak naik-turun sehingga harus diperhatikan perkembangannya setiap saat. Buffett menyarankan investor fokus pada tujuan jangka panjang.
“Intinya adalah membeli sesuatu yang Anda sukai dengan harga yang Anda sukai. Kemudian tahan selama 20 tahun. Anda tidak perlu melihatnya dari hari ke hari,” tuturnya.
Baca Juga: Tips Hidup Hemat Ala Warren Buffett yang Bisa Kalian Tiru
Buffett sendiri terkenal dengan pendekatan investasi nilai (value investment). Value investment adalah membeli saham di perusahaan yang diperdagangkan dengan harga diskon dari nilai intrinsiknya. Buffett telah mendedikasikan kehidupan profesionalnya untuk dapat mengidentifikasi penawaran pasar.
Buffett pun menyarankan diversifikasi untuk menjaga keseimbangan investasi. “Bagi investor jangka panjang, memiliki portofolio diversifikasi reksa dana indeks berbiaya rendah adalah yang paling masuk akal sepanjang waktu,” ujar orang terkaya ketujuh di dunia itu.
Dia menyarankan investor konsisten membeli reksa dana indeks S&P 500. “Teruslah membelinya dalam keadaan susah dan senang, terutama dalam keadaan susah,” kata Buffett pada 2017. Untuk mengikuti saran Buffett, investor dapat menggunakan strategi dollar-cost averaging.
Strategi itu yakni menginvestasikan sejumlah uang ke dalam portofolio yang terdiversifikasi secara berkala. Hal itu dapat memastikan investor membeli lebih sedikit saham saat harga saham mahal dan membeli lebih banyak saat pasar sedang diskon.
Jual Saham Apple
Buffett sendiri belakangan menjadi sorotan usai perusahaannya, Berkshire Hathaway, menjual kepemilikan saham Apple senilai US$75,5 miliar atau Rp1.225 triliun (asumsi kurs Rp16.233 per dolar AS). Saham Buffett di Apple kini tinggal 400 juta dari 790 juta saham.
Konglomerat AS itu sekarang tinggal memiliki saham Apple senilai US$84,2 miliar atau Rp1.366 triliun. Belum ada penjelasan resmi dari Buffett soal aksi jual 50% saham Apple. Namun dia sejatinya sudah mengisyaratkan hal ini beberapa waktu lalu.
"Kami ingin sekali membelanjakannya (kas perusahaan), tetapi kami tidak akan membelanjakannya kecuali kami merasa bahwa kami melakukan sesuatu yang risikonya sangat kecil dan dapat menghasilkan banyak uang," kata Buffett dalam rapat tahunan Berkshire pada Mei 2024 lalu, dikutip dari Reuters.
Aksi penjualan saham besar-besaran itu membuat uang tunai pada kas Berkshire Hathaway melejit sampai US$277 miliar atau Rp4.496 triliun. Jumlah itu naik pesat dibanding laporan pada kuartal I 2024 yang hanya US$189 miliar atau Rp3.068 triliun.
Buffett pernah menyinggung bahwa keputusannya menjual saham lantaran ada rencana kenaikan tarif pajak atas keuntungan korporasi yang saat ini dipatok 21%. Namun Buffett mengatakan Apple masih bakal menjadi salah satu investasi saham terbesar dari Berkshire.