Investor Relation Saratoga dan Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan dalam paparan publik PT Saratoga Investama Sedaya Tbk di Jakarta, Senin, 15 Mei 2023.
Korporasi

Saratoga (SRTG) Bidik Investasi Hingga Rp2,22 Triliun di 2023, Inilah Sektor yang Diincar!

  • Disampaikan oleh Devin, sektor yang menjadi perhatian khusus pihaknya untuk tahun ini adalah sektor kesehatan dan energi baru terbarukan (EBT).

Korporasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menargetkan investasi sekitar US$100-150 juta atau setara dengan Rp1,48-Rp2,22 triliun dengan asumsi kurs Rp14.812 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan dalam paparan publik SRTG yang diselenggarakan di Jakarta, Senin, 15 Mei 2023.

Disampaikan oleh Devin, sektor yang menjadi perhatian khusus pihaknya untuk tahun ini adalah sektor kesehatan dan energi baru terbarukan (EBT).

"Ini akan bergantung kepada oportunitas yang ada, fokus kami adalah untuk terus mencari perusahaan-perusahaan yang dapat kami investasikan dari kedua sektor tersebut," ujar Devin.

Devin mengatakan pula bahwa perseroan menilai sektor EBT adalah salah satu industri yang memiliki prospek positif ke depannya.

Menurut pihak perseroan, sektor energi solar adalah salah satu segmen yang memiliki prospek sangat baik untuk Indonesia dalam konteks transisi EBT.

Investor Relation Saratoga Ryan Sual menambahkan, Saratoga menetapkan strategi untuk menciptakan suatu pilar baru untuk mengurangi kebergantungan investasi terhadap perusahaan berbahan baku sumber daya alam (SDA) bisa berkurang.

"Kami berusaha menciptakan pilar baru supaya kebergantungan kami dengan perusahaan-perusahaan portofolio berbahan baku SDA ini dapat berkurang," ujar Ryan dalam kesempatan yang sama.

Selain EBT, Saratoga pun tengah melihat adanya peluang dari sektor kesehatan. Maka dari itu, nilai investasi yang akan disalurkan SRTG pada tahun ini akan lebih besar untuk sektor kesehatan.

Peluang tersebut dilirik Saratoga karena keberhasilan perseroan dalam berinvestasi di RS Primaya yang dilakukan sejak enam tahun yang lalu.

Sementara itu, Devin pun menuturkan bahwa pihaknya tengah mencermati peluang dari sektor teknologi di tengah tech winter.

Disampaikan oleh Devin, sebelum tech winter terjadi, banyak perusahaan teknologi yang melakukan promosi besar-besaran, namun aktivitas semacam itu sudah berkurang di tengah masa-masa tech winter.

Akan tetapi, justru masa-masa tech winter ini dapat memperlihatkan perusahaan-perusahaan apa saja yang fundamental bisnisnya tetap kuat saat periode “bakar uang” sudah mereda. 

"Dengan adanya tech winter ini, kami melihat banyak oportunitas di sektor teknologi. Kita melihat bahwa banyak perusahaan-perusahaan yang sebelumnya itu mereka berhasil tumbuh karena istilahnya mereka memberikan promosi yang signifikan, marketing yang signifikan, dan dengan tidak adanya aktivitas-aktivitas itu tadi, bisa terlihat perusahaan-perusahaan teknologi yang memiliki bisnis yang visible," kata Devin.