Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan (kanan) berbincang dengan Hubungan Investor Saratoga, Ryan Sual (kiri) usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun 2022 PT Saratoga Investama Sedaya Tbk.  di Jakarta, Kamis, 21 April 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Saratoga (SRTG) Catat Pertumbuhan NAV Sebesar 89 Persen jadi Rp60,9 Triliun pada Kuartal I-2022

  • NAV perseroan melesat 89% dibandingkan dengan kuartal I-2021 sebesar Rp32,2 triliun dan lebih tinggi daripada NAV Saratoga di akhir tahun 2021 sebesar Rp56,3 triliun.
Korporasi
Merina

Merina

Author

JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil mencatat Net Asset Value (NAV) sebesar Rp60,9 triliun pada kuartal I-2022. NAV perseroan melesat 89% dibandingkan dengan kuartal I-2021 sebesar Rp32,2 triliun dan lebih tinggi daripada NAV Saratoga di akhir tahun 2021 sebesar Rp56,3 triliun. 

Selain itu, Saratoga juga mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp3,6 triliun, yang mencerminkan kenaikan 208% secara year on year (yoy), di mana sebagian besar adalah kenaikan nilai portofolio yang belum direalisasikan.

Presiden Direktur Saratoga Michael William P Soeryadjaja menjelaskan nilai pasar sejumlah portofolio investasi perseroan terus melanjutkan penguatan seperti yang terjadi sejak semester kedua tahun lalu. Kenaikan harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjadi katalis utama kenaikan NAV perseroan selama tiga bulan pertama tahun ini.

“Pada kuartal I-2022 Saratoga memperoleh pendapatan dividen sebesar Rp141 miliar dari PT Provident Agro Tbk (PALM) dan Deltomed. Kinerja positif perseroan di awal tahun ini menunjukkan bahwa strategi investasi Saratoga di sektor-sektor kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat optimal,” jelas Michael melalui keterangan resmi di Jakarta, 26 April 2022.

Michael mengungkapkan, memasuki tahun 2022 kondisi perekonomian masih menghadapi beragam tantangan. Pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya tuntas dan gejolak harga energi telah mendorong naiknya inflasi di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sebagai perusahaan investasi aktif Saratoga terus mencermati situasi yang terjadi, mengingat tren kenaikan harga-harga kebutuhan pokok dan inflasi di dalam negeri juga terus meningkat.

“Salah satu prioritas utama Saratoga saat ini adalah memastikan bahwa setiap sumber daya perseroan dialokasikan secara efisien dan efektif untuk mendukung strategi bisnis kami. Saratoga berusaha menjaga rasio biaya dan utang pada tingkat yang sehat, di mana kami mencatatkan biaya operasional tahunan terhadap NAV sebesar 0,3% dan nilai pinjaman bersih sebesar 4,7 persen dari NAV,” ungkapnya.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menambahkan, dalam situasi yang penuh dinamika saat ini perseroan akan tetap melanjutkan rencana investasinya di sejumlah sektor strategis. Di antaranya industri teknologi digital, pelayanan kesehatan, energi terbarukan, dan konsumer yang terus mendapatkan momentum pertumbuhannya sejak pandemi terjadi lebih dari dua tahun lalu.

Menurut Devin, setiap tahun Saratoga mengalokasikan dana sekitar US$100 juta - US$150 juta baik untuk investasi di perusahaan baru atau pada portofolio yang sudah ada. Tahun ini sektor teknologi digital, pelayanan kesehatan, energi terbarukan, dan konsumer menjadi perhatian perseroan mengingat potensi pertumbuhannya masih sangat tinggi dalam jangka panjang.

“Tentunya setiap investasi akan dilakukan secara terukur, disiplin dan pada sektor-sektor yang ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan neraca keuangan yang sehat, kami optimistis dapat memaksimalkan setiap peluang investasi yang mampu memberikan peningkatan nilai perusahaan yang optimal dalam jangka panjang,” tambah Devin.