logo
Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Satu Dekade, Rasio Dividen BBRI Naik dari 30 ke 85 Persen

  • Rasio dividen BBRI naik dari 30 persen ke 85 persen dalam satu dekade terakhir, diikuti lonjakan pemegang saham hingga 677.207 investor. Tren ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pasar terhadap prospek perseroan.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali mencatatkan sejarah dengan konsistensi dalam membagikan dividen selama satu dekade terakhir. Terbaru, perseroan mengumumkan dividen tahun buku 2024 dengan payout ratio sebesar 85% dari laba bersih.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Selasa, 25 Maret 2025, manajemen BBRI menyampaikan bahwa total dividen yang dibagikan kepada pemegang saham mencapai Rp345 per lembar saham. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp135 per saham telah lebih dahulu dibayarkan sebagai dividen interim pada akhir tahun lalu, sehingga pemegang saham masih akan menerima dividen final sebesar Rp208,40 per saham.

Yang menarik, data historis menunjukkan bahwa BBRI secara konsisten meningkatkan nilai dividen dan rasio pembagian keuntungan kepada pemegang saham. Hal ini terpantau, sejak 2014, rasio dividen BBRI terus meningkat dari 30% hingga mencapai 85% dalam beberapa tahun terakhir.

Padahal, sepanjang 2014-2016, rasio dividen yang dikucurkan emiten bersandikan BBRI ini masih berada di kisaran 30-40%. Angka yang diterima investor pun relatif kecil, yaitu di kisaran Rp57 hingga Rp83 per saham. 

Dok/TrenAsia

Namun, sejak 2017, tren kenaikan mulai terlihat, dengan rasio dividen mencapai 45% dari total laba bersih. Ini terus meningkat tajam setiap tahunnya hingga menyentuh level 85% dari total laba bersih, pada 2021, 2022, dan 2024.

Meski sempat mengalami penurunan ke 65% pada 2020 akibat dampak pandemi Covid-19, kebijakan dividen kembali digenjot dengan nilai yang lebih tinggi seiring dengan pemulihan bisnis dan peningkatan laba perusahaan. 

Tahun 2023 mencatatkan dividen per saham tertinggi sebelum 2024, dengan total yang dibayarkan kepada setiap pemegang saham mencapai Rp235 per saham. Lonjakan dividen ini menjadi kabar baik bagi investor, mencerminkan fundamental perusahaan yang kuat serta strategi ekspansi yang efektif. 

Dengan payout ratio yang stabil di kisaran 85% dalam tiga tahun terakhir, BBRI menunjukkan komitmennya dalam memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. Kebijakan dividen yang tinggi juga menarik minat investor institusi maupun ritel, memperkuat posisi BBRI sebagai salah satu saham blue-chip favorit di Bursa Efek Indonesia.

Tak heran, jumlah pemegang saham BBRI terus meningkat, mencapai 677.207 per Februari 2025. Angka ini melonjak signifikan dibandingkan kuartal I-2024 yang masih berada di angka 530.393, menunjukkan tingginya kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan.

Prospek Saham dan Fundamental BBRI 

Sementara itu, dari lantai bursa, saham BBRI pada perdagangan sesi pertama, Selasa, 25 Maret 2025, atau sehari setelah pengumuman dividen, diparkir di level Rp3.730 per saham, yang mencerminkan penguatan 3,32%. 

Menariknya, berdasarkan data Bloomberg, dua fund manager global, BlackRock dan Invesco, menambah kepemilikan sahamnya di BBRI bersamaan dengan RUPST. Keduanya memborong masing-masing 4,29 juta dan 5,06 juta lembar saham. 

Kini, BlackRock mengempit 2,45 miliar lembar saham BBRI, sementara Invesco memiliki 512 juta lembar saham emiten pelat merah ini. Lantas masuknya investor global ini menimbulkan pertanyaan: apakah ini sinyal positif di tengah tren penurunan saham BBRI? 

Saat ini, konsensus analis Bloomberg masih optimistis, dengan 30 dari 37 analis merekomendasikan beli, enam menyarankan tahan, dan hanya satu yang merekomendasikan jual. Artinya, oenurunan harga saham saat ini justru membuat BBRI semakin menarik, mengingat target harga konsensus analis berada di Rp4.863 per saham. 

Dari segi kinerja bulanan, BBRI mencatat pemulihan signifikan pada Februari 2025 setelah kinerja Januari yang lemah. Laba bersih bank only mencapai Rp4,6 triliun, melonjak 42% secara tahunan dan 129% dibanding Januari 2025.

Lead Investment Analyst Stockbit, Edi Chandren, menagatakan kenaikan ini didorong oleh peningkatan net interest margin (NIM) bank only ke 6,39% dari 6,15% pada Januari 2025 dan 6,17% di Februari 2024. “Pendapatan bunga bersih (NII) juga meningkat menjadi Rp9,1 triliun, sementara beban bunga turun ke Rp3,9 triliun akibat penurunan time deposits sebesar 9,8% secara tahunan,” jelasnya dalam riset dikutip pada Selasa, 25 Maret 2025.

Ia juga bilang biaya kredit (CoC) bank only juga menunjukkan perbaikan signifikan. CoC turun dari 6,72% pada Februari 2024 menjadi 3,28% pada Februari 2025, seiring dengan berkurangnya beban provisi sebesar 49% secara tahunan dan 41% secara bulanan.

Edi menambahkan bahwa dengan tren positif ini, BRI menunjukkan sinyal pemulihan yang kuat di tengah kondisi pasar yang fluktuatif. “Mulai ternormalisasinya CoC menjadi indikasi awal yang baik bahwa front-loading provisions telah terlewati,” pungkasnya.