Sebagai Negara 'Ring of Fire', Ini 5 Instruksi Jokowi terkait Penanggulangan Bencana
- Presiden Joko Widodo menyampaikan lima arahan kepada BNPB terkait penguatan penanggulangan bencana di Indonesia sebagai negara "ring of fire".
Nasional
JAKARTA – Presiden Joko Widodo pada hari ini, Rabu, 23 Februari 2022 membuka Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat.
Dalam kesempatan itu, dia menegaskan komitmen penguatan infrastruktur dan sumber daya kebencanaan guna memitigasi dampak bencana sebagai akibat kondisi Indonesia yang merupakan ring of fire (cincin api).
Penanggulangan bencana juga harus dilakukan secara terpadu dan sistematis sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2044.
- BANKING EVERYWHERE: Adu Hebat Layanan Digital dari Bank Tradisional vs Bank Digital (Part 1)
- Para Pegawai Apple Gunakan Ponsel Android Untuk Merencanakan Tuntutan Agar Tidak Dimata-Matai
- Jurus Bumi Serpong Damai (BSDE) Kejar Penjualan Rp7,7 Triliun
"Indonesia termasuk 35 negara yang paling rawan risiko bencana di dunia. Hampir setiap hari ada bencana di beberapa wilayah di negara kita Indonesia. Risiko kerugiannya juga sangat besar, baik dalam jumlah korban maupun kerugian material," kata Jokowi seperi dilihat di Youtube Sekretariat Presiden.
5 Instruksi Jokowi
Jokowi menyampaikan bahwa agenda Indonesia tangguh bencana harus dilakukan semua pihak. Dia mengajak para pemangku kepentingan untuk merangkul kekuatan dan potensi di masyarakat untuk wujudkan masyarakat tangguh bencana.
Kepala Negara pun menyampaikan lima arahan kepada BNPB terkait penguatan penanggulangan bencana di Indonesia.
Pertama, BNPB diharapkan untuk terus berbenah diri dengan budaya kerja dengan nilai-nilai berkualitas.
"Budaya ini sangat penting karena bencana itu datangnya tidak terduga, datangnya secara tiba-tiba, bahkan muncul bencana yang tidak terbayangkan sebelumnya, salah satunya adalah pandemi COVID-19," katanya.
Kedua, upaya penanggulangan bencana harus berorientasi pada pencegahan. Bencana seperti gempa dan erupsi gunung api memang tidak dapat dicegah. Namun, ada kejadian bencana yang dapat dicegah, seperti banjir dan tanah longsor.
Jokowi mencontohkan upaya penghijauan dan penanaman vegetasi untuk pencegahan banjir dan tanah longsor. Perlu sinergi antarlembaga dari pusat sampai daerah agar program ini berjalan maksimal.
"Di beberapa daerah ini dilakukan, di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, agar penanaman vetiver lebih digalakkan," ujarnya.
Ketiga, infrastruktur yang dibangun untuk mengurangi risiko bencana harus terus ditingkatkan dan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dia mencontohkan upaya penanaman vegetasi untuk mengurangi dampak bahaya tsunami dan cuaca ekstrem.
Dia menggambarkan fenomena perubahan iklim dunia yang akan semakin mengerikan belakangan ini. Banjir, longsor, letusan gunung api, dan gempa makin sering terjadi.
“Semua negara sudah ngeri dan sudah mengalami bencana yang sebelumnya tidak ada dan ada karena perubahan iklim," paparnya.
Mengantisipasi dan mengurangi dampak tsunami, dia mendorong keberlanjutan program penanaman mangrove dan tanaman asosiasi, seperti nipah, cemara pantai, ketapang, nyamplung dan kelapa.
Dia pun meminta untuk penanaman di daerah pesisir pantai yang memiliki potensi bahaya tsunami atau pun cuaca ekstrem.
Kemudian, jalur evakuasi harus disiapkan dan instrumen peringatan dini untuk menyelamatkan nyawa manusia harus terus disiagakan. Instrumen tersebut harus diperbaharui dan dicek secara rutin.
Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh BNPB tetapi juga kementerian-lembaga, namun Jokowi meminta BNPB untuk selalu mengingatkan demi keselamatan rakyat.
"Saya minta BNPB ikut terlibat dan mengingatkan kementerian/lembaga terkait untuk menjalankan tugasnya," ucapnya.
Keempat, Jokowi mendorong BNPB harus aktif untuk mengajak semua pihak pusat dan daerah agar semua program pembangunan harus berorientasi pada tangguh bencana.
Hal ini harus dilakukan dengan perencanaan dengan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana. Pembangunan infrastruktur bertujuan untuk mengurangi bencana.
“Pengarusutamaan yang tangguh bencana harus ditingkatkan," imbuhnya.
Terakhir, Jokowi menekankan pada pembangunan sistem edukasi kebencanan berkelanjutan di daerah rawan bencana.
Dia juga mengatakan, budaya sadar kebencanaan harus dimulai sejak dini mulai dari individu, keluarga, komunitas, sekolah sampai lingkungan masyarakat.
“Gali berbagai kearifan lokal yang ada di masyarakat. Latih masyarakat untuk tanggap menghadapi bencana. Lakukan latihan, simulasi setiap saat, jangan tunggu sampai bencana terjadi," ungkapnya.