Foto seorang pebisnis menggunakan tablet untuk menganalisis grafik statistik strategi keuangan perusahaan. (Freepik/our-team)
Dunia

Sebagian Masyarakat Asia Tenggara Berpotensi Kehilangan Kekayaan karena Krisis Literasi

  • Dalam enam studi pasar yang komprehensif dan melibatkan 3.000 responden dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina, temuan ini menyoroti berbagai aspek, mulai dari kebiasaan menabung, kepemilikan kartu kredit, hingga kebiasaan pembayaran.
Dunia
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Hasil survei terbaru dari Milieu Insight, sebuah perusahaan riset dan analisis di Asia Tenggara, telah mengungkapkan pola perilaku dan sikap keuangan yang menarik dari masyarakat di wilayah tersebut. 

Dalam enam studi pasar yang komprehensif dan melibatkan 3.000 responden dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina, temuan ini menyoroti berbagai aspek, mulai dari kebiasaan menabung, kepemilikan kartu kredit, hingga kebiasaan pembayaran.

Keamanan finansial dan persiapan untuk masa pensiun yang memadai menduduki posisi penting dalam prioritas hidup masyarakat Asia Tenggara, menempati peringkat kedua setelah kesehatan yang baik. 

Hal ini menandakan kesadaran akan pentingnya stabilitas finansial di tengah-tengah kehidupan yang dinamis di wilayah ini. 

Baca Juga: Tingkat Inklusi dan Literasi Keuangan di Maluku Masih Rendah

Hasil survei mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan di mana lebih dari 4 dari 10 masyarakat Asia Tenggara hanya menabung hingga 10% dari pendapatan mereka, yang menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan inisiatif literasi dan perencanaan keuangan yang lebih baik. 

Hal ini menekankan perlunya pemberdayaan individu dengan pengetahuan dan alat yang tepat yang diperlukan bagi mereka untuk membangun kebiasaan finansial yang baik.

Menurut Juda Kanaprach, Co-founder & CCO, Milieu Insight, studi yang dilakukan mengenai kebiasaan menabung di Asia Tenggara menunjukkan adanya panggilan dan kebutuhan untuk meningkatkan literasi dan perencanaan keuangan di wilayah ini. 

Dengan 46% penduduk di wilayah ini berinvestasi dan sebagian besar jarang melakukannya, adanya dorongan untuk membekali individu dengan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. 

Laporan ini juga menggarisbawahi bahwa masyarakat Asia Tenggara terbuka terhadap masukan para keuangan profesional, menunjukkan kesediaan untuk mencari bimbingan dan keahlian untuk menavigasi rumitnya keuangan pribadi dan investasi,” kata Juda melalui surat elektronik yang diterima TrenAsia, Kamis, 21 Maret 2024.

Masyarakat Asia Tenggara Berpotensi Kehilangan Akumulasi Kekayaan

Menurut studi yang sama, diperoleh proyeksi bahwa masyarakat Asia Tenggara berpotensi kehilangan akumulasi kekayaan, meskipun sekitar separuh penduduknya memiliki dan menggunakan kartu kredit. 

Terdapat kesenjangan yang signifikan antara negara, dengan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kepemilikan kartu kredit terendah dan Singapura sebagai negara dengan tingkat kepemilikan tertinggi. 

Namun demikian, 68% pemegang kartu kredit di Asia Tenggara hampir selalu membayar tagihannya secara penuh, hal ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab di antara sebagian besar pengguna.

Di sisi lain, 54% responden tidak secara aktif berinvestasi sehingga berpotensi kehilangan akumulasi kekayaan dan peluang pertumbuhan keuangan. 

Tren ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rendahnya literasi keuangan, terbatasnya akses terhadap peluang investasi, dan preferensi untuk menabung dibandingkan berinvestasi.

Namun, survei juga mengungkapkan minat yang kuat untuk berinvestasi di kalangan masyarakat Asia Tenggara. Sekitar 46% responden secara aktif mengalokasikan sebagian dari pendapatan mereka untuk investasi, dengan mayoritas menginvestasikan hingga 20% dari pendapatan mereka. 

Meskipun demikian, masih ada ruang untuk perbaikan dalam strategi perencanaan keuangan, dengan sebagian responden mengadopsi pendekatan ad-hoc (hanya fokus ke satu tujuan) dalam berinvestasi.

Baca Juga: Gencarkan Literasi Keuangan, Bank Commonwealth Beri Edukasi Siswa SMA

Singapura menonjol sebagai negara dengan tingkat investasi aktif tertinggi di wilayah ini, sementara saham, deposito tetap, dan reksa dana menjadi pilihan investasi utama di kalangan masyarakat Asia Tenggara. 

Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi, termasuk ketakutan akan kehilangan uang, ketidakpastian tentang jangka waktu investasi, dan ketakutan akan kehilangan peluang.

Tingginya minat terhadap investasi juga diimbangi dengan keterbukaan terhadap nasihat keuangan profesional, yang diakui dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan keuangan. 

Banyak dari mereka yang berinvestasi mengandalkan penasihat keuangan sebagai sumber panduan utama mereka, menyoroti pentingnya mendapatkan wawasan ahli dalam merencanakan keuangan mereka.