Orasi Anies Baswedan di JIS, Sabtu 10 Februari 2024
Nasional

Seberapa Besar Potensi Bubarnya KIM Plus? Berikut Ulasannya

  • Ke depan, walaupun Anies Baswedan tidak diusung oleh PDI-P, pencalonan Anies masih berpotensi didukung oleh partai-partai lain. Hal ini dapat menjadi ancaman perpecahan di dalam koalisi KIM Plus.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024 berpotensi mengubah peta politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta, terutama terkait kelangsungan Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus). 

Dalam kondisi ini, PDI Perjuangan (PDIP) akan menjadi salah satu partai penentu untuk memilih pasangan calon yang akan mendampingi Anies Baswedan dalam kontestasi tersebut. 

Beberapa kader potensial dari PDIP tengah dipertimbangkan, namun ada juga opsi untuk mengusung calon dari partai sendiri, seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Bahkan PDIP bisa saja mempertimbangkan kemungkinan untuk menyandingkan keduanya dalam satu tiket, jika strategi politik dan sinergi calon memungkinkan. 

Bagaimanapun keputusan akhir dukungan PDIP tetap ditangan pengurus internal partai terutama, pertimbangan kebijakan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum. Saat ini, semua pihak masih menunggu keputusan resmi dari PDI Perjuangan untuk menentukan arah dukungan partai di Pilkada Jakarta mendatang.

"Tinggal PDIP mempertimbangkan mana tiga kadernya yang paling cocok untuk mendampingi Anies Baswedan. Tapi bisa juga PDIP mengusung kadernya sendiri seperti Ahok, itu juga bisa dimajukan," ungkap Pengamat politik Selamat Ginting, dilansir Antara Rabu, 21 Agustus 2024.

Potensi Bubarnya KIM Plus

Ke depan, walaupun Anies Baswedan tidak diusung oleh PDI-P, pencalonan Anies masih berpotensi didukung oleh partai-partai lain. Hal ini dapat menjadi ancaman perpecahan di dalam koalisi KIM Plus.

"Beberapa partai bisa mengusung sendirian, koalisi-koalisi bisa saja bubar, semua bisa terjadi sebelum pendaftaran calon terjadi, bisa saja deklarasi itu dibatalkan," tambah Selamat.

Partai Gelora, yang merupakan anggota koalisi KIM Plus sekaligus penggugat UU Pilkada ke MK, berpotensi mendukung Anies dalam Pilkada Jakarta. Jika Partai Gelora menarik dukungannya dari KIM Plus demi mendukung Anies, kemungkinan besar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan mengikuti langkah tersebut.

Kesatuan KIM Plus, yang selama ini menjadi kekuatan yang tangguh dalam politik Indonesia, mungkin akan diuji hingga batasnya ketika partai-partai tersebut menilai kembali aliansi politik mereka.

Skenario yang berkembang saat ini menunjukkan momen-momen terakhir menjelang Pemilihan Gubernur Jakarta bisa menjadi ajang pergeseran yang tidak terduga. Peta politik masih jauh dari kata kokoh, dan kemungkinan terjadinya perpecahan KIM Plus pada detik-detik terakhir tidak dapat dikesampingkan.

"Dinamika ini sangat dinamis sekali. Dalam waktu dekat akan ada kejutan-kejutan siapa yang akan dimajukan dan ini demokrasi kita semakin semarak," pungkas Selamat.