Seberapa Kuat Ekonomi Indonesia di Kawasan Asia?
- Di tengah pergeseran ekonomi global ini, Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu dari tiga kekuatan ekonomi superpower di kawasan ini, bersama India dan China.
Nasional
JAKARTA - Presiden Joko Widodo optimis Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia, bersanding dengan India dan China. Menurut Jokowi, dunia telah memasuki apa yang disebut sebagai "Abad Asia," di mana pertumbuhan ekonomi secara bertahap bergeser dari negara-negara Barat ke kawasan Asia.
Di tengah pergeseran ekonomi global ini, Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu dari tiga kekuatan ekonomi superpower di kawasan ini, bersama India dan China.
"Sekarang, telah masuk ke abad Asia, pergeseran dari barat menuju Asia growth, pertumbuhan ekonomi juga bergerak ke Asia. Diprediksi di Asia nanti ada tiga kekuatan ekonomi baru, superpower ekonomi tiga negara yang diperkirakan, India, China, dan Indonesia," katanya.
Namun, untuk mencapai status tersebut, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan. Presiden Jokowi mengingatkan bahwa perlambatan ekonomi global dan ketegangan geopolitik menjadi faktor yang menciptakan ketidakpastian ekonomi.
- Tolak Kemasan Rokok Polos, HKTI: Ancam Keberlangsungan Petani Tembakau
- Dana Pensiun Berjatuhan, OJK paparkan Penyebabnya
- Respons RAJA Soal Kenaikan Saham 40 Persen: Tidak Ada Informasi Tersembunyi
Konflik yang berkecamuk di berbagai belahan dunia, seperti perang di Ukraina, konflik Israel-Palestina, serta ketegangan antara Israel, Lebanon, dan Iran, turut memperburuk situasi global.
Selain itu, perubahan iklim menjadi tantangan lain yang tidak boleh diabaikan, mengingat dampaknya yang berpotensi merusak perekonomian di masa depan.
"Perlambatan ekonomi global yang diperkirakan masih di angka 2,7-2,8 persen, rata-rata. Patut kita syukuri Indonesia masih tumbuh di atas 5 persen," katanya.
Dimana Posisi Indonesia di Panggung Asia?
Dalam beberapa tahun terakhir, wacana tentang pergeseran kekuatan ekonomi global semakin mengemuka. Asia, dengan populasi yang besar dan ekonomi yang berkembang pesat, dinilai sebagai pusat baru pertumbuhan ekonomi dunia.
Indonesia berada di tengah persaingan ekonomi dengan beberapa negara besar di Asia seperti China, India, dan Jepang. Pada tahun 2023, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp20.892,4 triliun, dengan PDB per kapita sebesar US$4.919,7 atau sekitar Rp76,9 juta per tahun (kurs Rp15.650).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 5,31 persen.
Di sisi lain, China, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia, mencatat PDB sebesar US$17,89 triliun atau sekitar Rp280.049 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada 2023.
- Tolak Kemasan Rokok Polos, HKTI: Ancam Keberlangsungan Petani Tembakau
- Dana Pensiun Berjatuhan, OJK paparkan Penyebabnya
- Respons RAJA Soal Kenaikan Saham 40 Persen: Tidak Ada Informasi Tersembunyi
India, dengan PDB mencapai US$3,55 triliun atau sekitar Rp 55.579 triliun, menunjukkan peningkatan pertumbuhan signifikan, terutama adanya lonjakan pertumbuhan ekonomi kuartalan yang kuat sepanjang tahun 2023, mencapai 8,4 persen di kuartal IV.
Sementara itu, Jepang mencatat PDB sebesar US$4,2 triliun atau sekitar Rp65.730 triliun, namun mengalami kontraksi 0,4 persen pada kuartal IV 2023, dipengaruhi oleh penurunan konsumsi swasta sebesar 0,2 persen.
Persaingan ekonomi di Asia ini menempatkan Indonesia pada posisi strategis, terutama dengan potensi besar ekonomi negara di sektor hilirisasi dan sumber daya alam.
Namun Indonesia juga harus menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi yang berpotensi lebih lambat dibandingkan negara-negara besar lainnya di kawasan.
Meski demikian, Jokowi tetap yakin, dengan kesiapan dan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ada menjaga stabilitas dalam menghadapi tantangan, dan meraih posisi sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia.