rudal fath 360.jpg
Dunia

Seberapa Penting Pasokan Rudal Iran untuk Rusia?

  • Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Iran atas apa yang mereka sebut sebagai keputusan eskalasi Teheran.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Pengiriman rudal iran ke Rusia telah memunculkan penentangan keras dari Amerika dan sejumlah negara Eropa. Situasi yang hampir pasti akan mendorong suhu menjadi semakin panas dan ekskalasi perang Ukraina semakin tinggi.

Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Iran atas apa yang mereka sebut sebagai keputusan eskalasi Teheran. Iran di sisi lain menggambarkan sanksi terbaru terhadap perusahaan dan individu Iran sebagai terorisme ekonomi . Sedangkan Kremlin tidak membantah laporan tersebut, dan mengatakan Iran sebagai mitra penting.

Berikut sejumlah pertanyaan terkait pengiriman rudal tersebut sebagaimana dikutip dari Aljazeera Kamis 12 September 2024. 

Apa pentingnya rudal tersebut?

Amerika dan Barat menuduh Iran memberi Rusia sekitar 200 rudal balistik model Fath-360. Rudal kemungkinan akan digunakan di Ukraina dalam beberapa minggu. 

Rudal dipandu satelit ini juga dikenal sebagai BM-120.  Sebuah rudal balistik propelan padat satu tahap yang dapat diluncurkan dari tabung enam peluru yang dipasang di bagian belakang truk.

Jangkauannya hanya sampai 120 km dan dapat membawa muatan peledak seberat 150 kg. Sementara kecepatan terbangnya mencapai 4 Mach. Atau sekitar 4.900 kilometer per jam. Rudal disebut memiliki akurasi di bawah 30 meter.

Senjata itu sendiri kemungkinan tidak akan mengubah arah perang. Terlebih dengan jumlahnya yang hanya 200. Sebagai perbandingan selama perang berlangsung, Rusia telah menembakkan sekitar 10.000 rudal. Dan belum membuat Ukraina tunduk.

Tetapi bagiamanapun rudal Iran berpotensi membantu Rusia mengelola serangannya  dengan lebih baik. Fath-360 sering dibandingkan dengan sistem HIMARS buatan Amerika yang digunakan Ukraina untuk melawan pasukan Rusia. 

Seperti halnya Himars, rudal Iran dapat dikerahkan untuk menyerang target yang lebih dekat ke garis depan. Ini juga memungkinkan Rusia  menyimpan amunisi presisi miliknya untuk target yang lebih jauh di dalam perbatasan Ukraina.

Apakah pengiriman rudal melanggar kesepakatan nuklir Iran?

Kesepakatan nuklir  ditandatangani Iran dengan negara-negara besar dunia pada tahun 2015. Dengan kesepakatna ini Iran mendapatkan keringanan sanksi PBB termasuk ketentuan tentang rudal.

Sebagai hasil perjanjian itu embargo senjata konvensional yang telah lama diberlakukan terhadap Iran berakhir pada Oktober 2020. Pembatasan lebih lanjut terhadap program rudal Iran berakhir pada Oktober 2023.  Tetapi Amerika dan Uni Eropa tetap mempertahankan sanksi mereka sendiri untuk menekan industri senjata Iran.

Secara teknis  tidak ada rintangan hukum internasional yang menghentikan Iran mengirim rudal balistik. Namun, Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang mendukung kesepakatan nuklir menggunakan Rezim Kontrol Teknologi Rudal (MTCR) sebagai acuan. Aturan yang dibentuk oleh negara-negara G7 untuk mendefinisikan larangan yang dikenakan pada Iran sebagai bagian dari embargo senjata. Rusia dan China adalah mitra MTCR. Tetapi  rezim tersebut tidak memberlakukan kewajiban yang mengikat secara hukum.

MTCR Kategori I menetapkan  negara-negara yang mematuhinya tidak boleh mengekspor rudal dan drone dengan jangkauan lebih dari 300 km, dan muatan lebih dari 500 kg.

Fath-360 termasuk dalam Kategori I. Ini menunjukkan Iran bertindak hati-hati dengan tidak mengirimkan rudal jarak jauh. Laporan sebelumnya berspekulasi Teheran dapat mengirimkan varian rudal balistik dengan jangkauan hingga 700 km.

Membatasi jangkauan rudal yang diekspor dapat melindungi Iran dari mekanisme tendangan balik atas kesepakatan nuklir. Sesuatu  yang dapat mengembalikan semua sanksi DK PBB terhadap Iran. Jika rudal jarak jauh diekspor, negara-negara Eropa dapat berargumen  Iran melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang baru akan berakhir pada Oktober 2025.

Apakah ekspor rudal ke Rusia masuk akal secara strategis bagi Iran?

Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan kabinetnya telah berkuasa dengan dukungan dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Mereka pada dasarnya menginginkan lebih banyak keterlibatan diplomatik dengan Barat dan negosiasi untuk mencabut sanksi.

Rusia juga telah berbeda jalur dengan Iran dengan mendukung rencana Azerbaijan membangun Koridor Zangezur yang kontroversial . Jalur  ini akan menghubungkan daratan Azerbaijan dengan Nakhchivan melalui Armenia. Akibatnya memutus jalur ekspor penting Iran ke Eropa.  Turki juga mendukung rencana Azerbaijan tersebut

“Karena dua alasan ini, keputusan Iran untuk mengirim rudal ke Rusia tampaknya tidak masuk akal secara strategis,” kata Hamidreza Azizi,  seorang peneliti tamu di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan.

Namun di luar  itu Teheran dapat berharap untuk akhirnya menerima pengiriman jet tempur  Su-35 yang telah dikatakannya ingin dibeli. Sambil mengincar teknologi militer lain dan produksi senjata bersama dengan Rusia.

Selain itu, Iran dan Rusia telah bekerja sama di bidang strategis lainnya eperti program luar angkasa dan nuklir. Iran mungkin juga berupaya memperdalam kolaborasi di bidang ini. “Jadi, meskipun waktunya mungkin dipertanyakan, faktor-faktor yang lebih luas ini dapat mendorong insentif Iran untuk melanjutkan pengiriman rudal,” katanya.

Apa sanksi Barat terbaru terhadap Iran?

Menanggapi apa yang mereka sebut sebagai eskalasi dramatis Amerika dan tiga negara Eropa yakni Inggris Prancis dan Jerman (E3)  semakin meningkatkan sanksi terhadap penerbangan sipil Iran. Mereka memasukkan maskapai penerbangan utama Iran Air ke dalam daftar hitam. Dan memutus aksesnya ke Eropa.

Menggunakan alasan ancaman langsung terhadap keamanan Eropa, E3 mengatakan akan memberikan sanksi pada badan dan individu yang terlibat dengan program senjata Iran. 

Amerika dan Inggris memasukkan tiga komandan militer senior yang diduga terlibat dalam ekspor senjata ke Rusia ke dalam daftar hitam. Juga dengan empat entitas Iran. Mereka termasuk organisasi yang mengelola Zona Perdagangan Bebas Anzali di Iran utara. Lima kapal Rusia dan tiga unit penerbangan juga dimasukkan ke dalam daftar hitam.

Apakah Penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir membawa situasi ke saat ini?

Perjanjian nuklir Iran  2015 telah berada dalam ketidakpastian selama bertahun-tahun. Ini  karena Washington secara sepihak meninggalkannya pada tahun 2018. Selanjutnya Amerika memberlakukan sanksi terberat terhadap Iran yang masih berlaku hingga saat ini.

Langkah  dan kebijakan tekanan maksimum  pemerintahan Presiden Donald Trump itu sebagian besar dilanjutkan oleh Joe Biden. Hal ini  mendorong Iran untuk semakin condong ke arah Rusia dan China.

Iran dan Rusia juga telah bekerja sama di Suriah. Bekerja selama lebih dari satu dekade untuk mempertahankan kekuasaan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Iran dan China menandatangani perjanjian kerja sama selama 25 tahun pada tahun 2021 . Tetapi belum ada kesepakatan besar yang diumumkan sebagai bagian dari perjanjian tersebut. China juga tetap menjadi pembeli minyak mentah Iran terbesar meskipun ada sanksi.

Di sisi lain, invasi Rusia ke Ukraina membuat Moskow mencari mitra baru. Tekanan Amerika terhadap Iran telah menjadi faktor utama yang mendorong kerja sama lebih lanjut dengan Rusia. Dan langkah Amerika meninggalkan kesepakatan nuklir adalah momen penting yang mendorong Iran  mengejar kebijakan berorientasi ke Timur.

Sejumlah pakar menilai Iran dan Rusia sama-sama ingin menantang pengaruh dan hegemoni Amerika secara global. Tetapi ini tidak sama dengan aliansi militer atau ekonomi formal. Meskipun telah ada kesepakatan. Belum ada pakta pertahanan bersama atau perjanjian mengikat yang misalnya akan mengikat Rusia untuk membela Iran dalam konflik. Juga tidak ada perjanjian konkret di bidang strategis lainnya.

Perjanjian kemitraan strategis , yang kabarnya sudah dalam tahap akhir, diharapkan lebih berfokus pada hal-hal umum daripada komitmen bersama yang spesifik. Meskipun kerja sama mereka yang terus berkembang tidak diragukan lagi menghadirkan tantangan bagi Amerika dan Eropa.