
Seberapa Sukses Sovereign Wealth Fund (SWF) Lindungi Ekonomi? Berikut Kajiannya
- Kajian World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa Sovereign Wealth Fund (SWF) efektif dalam stabilisasi ekonomi, terutama bagi negara eksportir komoditas. Bagaimana peran SWF seperti Danatara dalam menghadapi guncangan global? Simak selengkapnya di sini.
Nasional
JAKARTA - Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana kekayaan negara semakin populer sebagai instrumen stabilisasi dan penguatan ekonomi. Di Indonesia, kehadiran SWF seperti Daya Anagata Nusantara atau yang dikenal dengan nama "Danantara" diharapkan dapat menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi.
Namun, seberapa efektif SWF dalam mendongkrak ekonomi? Kajian dari World Economic Forum (WEF) memberikan perspektif menarik tentang peran SWF dalam menghadapi guncangan ekonomi global.
Krisis Keuangan Global yang terjadi pada tahun 2008 menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya cadangan devisa dan dana penyangga bagi negara, terutama bagi negara eksportir komoditas seperti Indonesia.
Volatilitas tinggi dalam perdagangan komoditas dapat mengguncang nilai tukar dan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. SWF, seperti Danatara, diharapkan dapat menjadi instrumen tambahan untuk menstabilkan ekonomi saat terjadi guncangan eksternal.
- Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Berikut 10 Negara dengan Pendapatan Tertinggi di Dunia
- Update Terbaru Kasus Fintech Lending: iGrow, KoinP2P, dan Investree
- Inilah Daftar 28 Lokasi Potensial Pembangkit Nuklir di Indonesia
Seberapa Sukses SWF?
Kajian WEF yang menganalisis data dari tahun1980 hingga 2013 menemukan bahwa akumulasi cadangan devisa dan manajemen aktifnya berperan dalam mengurangi dampak guncangan komoditas terhadap nilai tukar riil.
Selain itu, Sovereign Wealth Fund (SWF) terbukti lebih efektif dalam menyangga nilai tukar riil (REER) dan PDB, terutama dalam mekanisme nilai tukar tetap dan ekonomi tertutup.
Studi ini juga menunjukkan adanya substitusi peran antara cadangan devisa dan SWF dalam stabilisasi ekonomi. Sementara itu, negara yang menerapkan penargetan inflasi cenderung lebih fokus pada stabilitas harga dibandingkan dengan nilai tukar.
Implikasi kebijakan dari kajian ini menegaskan bahwa kombinasi antara cadangan devisa, SWF, dan kebijakan fiskal kontra-siklus dapat memberikan stabilitas ekonomi yang lebih baik.
“SWF juga memperkuat dampak guncangan Commodity Terms of Trade (rasio harga ekspor dengan harga impornya) pada output riil selama guncangan negatif dengan mekanisme nilai tukar tetap, dan menyangga dampak untuk tingkat utang luar negeri yang relatif tinggi,” ujar laporan WEF, dikutip Rabu, 19 Februari 2024.
Cadangan devisa memiliki peran penting dalam stabilisasi jangka pendek dan menengah, meskipun memiliki biaya fiskal yang tinggi. Di sisi lain, SWF dengan toleransi risiko yang lebih tinggi dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan fiskal serta stabilisasi nilai tukar dalam jangka panjang.
“Dokumentasi makalah kami dan memvalidasi pentingnya pengelolaan likuiditas bagi negara-negara pengekspor komoditas. Kebijakan ini mengurangi transmisi guncangan ketentuan perdagangan ke nilai tukar riil, sehingga menstabilkan ekonomi domestik,” tulis laporan WEF.
- Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Berikut 10 Negara dengan Pendapatan Tertinggi di Dunia
- Update Terbaru Kasus Fintech Lending: iGrow, KoinP2P, dan Investree
- Inilah Daftar 28 Lokasi Potensial Pembangkit Nuklir di Indonesia
Pelajaran dari Amerika Latin
Bedasarkan data WEF, negara-negara di Amerika Latin, seperti Chili, memberikan contoh nyata tentang manfaat kebijakan fiskal kontra-siklus dan pengelolaan SWF. Pada tahun 2000-an, Chili berhasil menabung saat harga tembaga (komoditas utama mereka) tinggi.
Ketika krisis melanda, dana yang terkumpul digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Hasilnya, Chili lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dibandingkan negara-negara lain yang tidak memiliki kebijakan serupa.
Kajian WEF menunjukkan bahwa SWF telah menjadi alat stabilisasi ekonomi yang efektif pasca krisis. SWF tidak hanya berfungsi sebagai cadangan devisa, tetapi juga membantu mengelola keuntungan dari harga komoditas yang fluktuatif.
“SWF memberi negara-negara nflation-targeting (IT) bentuk alternatif manajemen likuiditas terhadap guncangan ekonomi global,” tambah laporan tersebut.
Studi WEF terhadap 12 ekonomi terbesar di Amerika Latin menunjukkan bahwa negara-negara dengan volatilitas perdagangan komoditas tinggi cenderung lebih rentan terhadap guncangan ekonomi.
Namun, negara yang mengakumulasi cadangan devisa dan membentuk SWF terbukti lebih stabil. Misalnya, Brasil dan Meksiko berhasil mengurangi dampak krisis dengan kombinasi cadangan devisa dan SWF.
Sebelum krisis 2008, negara-negara di Amerika Latin mulai meningkatkan cadangan devisa dari 7,5% menjadi lebih dari 15% dari PDB. Selain itu, setengah dari negara-negara ini mulai menerapkan kebijakan penargetan inflasi (Inflation Targeting/IT).
Kombinasi antara cadangan devisa, SWF, dan kebijakan moneter yang ketat terbukti efektif dalam menstabilkan ekonomi.
Dibelahan Eropa, Norwegia dengan SWF-nya berhasil mengelola pendapatan dari minyak bumi untuk kepentingan jangka panjang, termasuk stabilisasi ekonomi dan pembiayaan pembangunan.
- Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Berikut 10 Negara dengan Pendapatan Tertinggi di Dunia
- Update Terbaru Kasus Fintech Lending: iGrow, KoinP2P, dan Investree
- Inilah Daftar 28 Lokasi Potensial Pembangkit Nuklir di Indonesia
Apakah SWF Seperti Danatara Bisa Dongkrak Ekonomi?
Berdasarkan kajian WEF, SWF terbukti efektif dalam melindungi negara dari guncangan eksternal dan mendorong stabilitas ekonomi. Namun, keberhasilan SWF sangat bergantung pada pengelolaan yang transparan, akuntabel, dan berorientasi jangka panjang.
Untuk Indonesia, kehadiran Danatara sebagai SWF bisa menjadi peluang besar untuk mendongkrak ekonomi, terutama dalam menghadapi volatilitas harga komoditas dan ketidakpastian global.
Namun, pemerintah perlu memastikan bahwa pengelolaan Danatara dilakukan dengan prinsip tata kelola yang baik dan didukung oleh institusi yang kuat.
Dengan kombinasi kebijakan yang tepat, SWF seperti Danatara tidak hanya bisa menjadi penyangga ekonomi, tetapi juga pengungkit pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Seperti kata pepatah, "Menabung di saat lapang untuk menghadapi masa sulit," SWF punya potensi menjadi instrumen strategis untuk mewujudkan ketahanan ekonomi jangka panjang.