<p>Gunung Semeru/PVMBG</p>

Sedang Bergolak, Mari Lebih Mengenal Gunung Semeru

  • JAKARTA-Gunung Semeru atau yang juga memiliki nama Semeroe, Smeru, atau Smiru secara administrative terletak di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Gunung dengan puncak bernama Mahameru ini memiliki ketinggian 3.676m di atas permukaan air (dpl) dengan kawah disebut sebagai  Jonggring Seloko Gunungapi Semeru yang memiliki tipe strato dengan kubah lava. Aktivitas Semeru saat ini terdapat […]

Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Gunung Semeru atau yang juga memiliki nama Semeroe, Smeru, atau Smiru secara administrative terletak di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Gunung dengan puncak bernama Mahameru ini memiliki ketinggian 3.676m di atas permukaan air (dpl) dengan kawah disebut sebagai  Jonggring Seloko

Gunungapi Semeru yang memiliki tipe strato dengan kubah lava. Aktivitas Semeru saat ini terdapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913.

Letusan Gunung  Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah/lidah lava, serta pembentukan kubah lava lava baru. Penghancuran kubah/lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru. Sejarah letusan Semeru tercatat mulai 1818 dan yang terakhir terjadi pada 15 Mei 2008.

Sebagaimana dilaporkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pengamatan visual pada 1 Desember 2020 menunjukkan memang adanya kenaikkan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran. Kenaikkan ini diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan kubah lava di bagian puncak. Dari kegempaan hingga 1 Desember 2020 pukul 06.00 WIB didominasi oleh Gempa guguran dan beberapa kali Gempa awan panas guguran.

Potensi ancaman bahaya erupsi  Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin. Potensi ancaman bahaya lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jika terjadi hujan dapat terjadi banjir lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.

Saat ini status Semeru dipertahankan dalam status Level II (Waspada). Dalam status ini masyarakat  tidak boleh beraktivitas dalam radius 1 Km puncak. Selain itu aktivitas juga dilarang di wilayah dengan jarak 4 Km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru.

Wilayah di sekitar Semeru merupakan daerah pertanian yang subur. Di lereng timur dan tenggara yang merupakan daerah rawan bencana.

Selain itu material pasir dan batu di sepanjang aliran sungainya merupakan kekayaan alam tersendiri. Derasnya kiriman material Semeru menyebabkan ketebalan pasir di sungai terus meninggi.

Kawasan Gunung Semeru termasuk dalam Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (KTN BTS) memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun, merupakan bagian dari satu kesatuan ekosistem unik yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat dan kehidupan di bawahnya.

Dikalangan pecinta alam baik Semeru merupakan sasaran pendakian sepanjang tahun. Banyak titik yang menawarkan keindahan tersendiri.

Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo (8 ha) terletak pada ketinggian 2390m dpl antara Ranu Pani dan Gn. Semeru. Secara historis geologis, Ranu Kumbolo terbentuk dari massive kawah G. Jambangan yang telah memadat sehingga air yang tertampung secara otomatis tidak mengalir ke bawah secara gravitasi. Ranu Kumbolo hingga saat ini merupakan potensi obyek wisata yang menarik. Daya tariknya antara lain bahwa pada lapangan yang relatif tinggi dari permukaan laut terdapat danau/telaga dengan airnya yang jernih sehingga banyak menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Bagi para pendaki, Ranu Kumbolo, merupakan tempat pemberhentian sambil mempersiapkan perjalanan berikutnya. Daya tariknya, di pinggir sebelah barat danau terdapat prasasti peninggalan purbakala. Diduga prasasti ini merupakan peninggalan jaman kejayaan Kerajaan Majapahit, namun hingga saat ini belum diperoleh kepastian.

Khusus di perairan danau, kita dapat menyaksikan kehidupan satwa migran burung belibis. Bagi para pengamat lingkungan, Ranu Kumbolo sebetulnya merupakan laboratorium alam yang cocok bagi kegiatan penelitian dan observasi lapangan yang sarat dengan kandungan ilmu pengetahuan.

Padang Rumput Jambangan

Daerah padang rumput ini terletak di atas 3200m dpl, merupakan padang rumput yang diselang-selingi tumbuhan cemara, mentigi dan bunga Edelwis. Topografi relatif datar pada jalur pendakian ini, beberapa tempat yang teduh menampakkan sebagai tempat istirahat yang ideal untuk menikmati udara yang sejuk. Dari tempat ini terlihat G. Semeru secara jelas menjulang tinggi dengan kepulan asap menjulang ke angkasa serta guratan/alur lahar pada seluruh tebing puncak yang mengelilingi berwarna perak. Di tempat ini para pendaki maupun fotografer sering mengadakan atraksi keunikan dan gejala alam gunung api yang selalu mengeluarkan asap dan debu, merupakan suatu panorama alam yang menakjubkan.

Oro – Oro Ombo

Daerah ini merupakan padang rumput yang luasnya sekitar 100ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit gundul dengan type ekosistem asli tumbuhan rumput. Lokasinya berada di bagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah mangkok berisikan hamparan rumput yang berwarna kekuning-kuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.

Cemoro Kandang

Kelompok hutan cemoro kandang termasuk gugusan Gunung Kepolo (3.095m), terletak di sebelah selatan dari padang rumput Oro-Oro Ombo. Merupakan hutan yang didominasi pohon cemara dan paku-pakuan.

Pangonan Cilik

Ini merupakan kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang letaknya tidak jauh dari Ranu Gumbolo. Asal usul nama tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip padang penggembalaan ternak (pangonan). Daya tarik dari kawasan ini adalah merupakan lapangan yang relatif datar di tengah-tengah kawasan yang di sekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Kalimati

Kalimati merupakan tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanannya menuju puncak Mahameru. Tempat ini biasa digunakan beristirahat dikarenakan terdapat sumber air yang berjarak sekitar 500m dari Kalimati. Di samping terdapat tanah lapang yang relatif datar juga sudah dibangun fasilitas Pondok Pendaki dan MCK. Suhu udara di Kalimati relatif dingin jika dibanding tempat lainnya, dikarenakan daerah kalimati merupakan lembah dari beberapa bukit/gunung-gunung di sekitarnya.

Arcopodo

Arcopodo atau Recopodo terletak pada pertengahan Kalimati dan  Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arco podo/reco podo. Di samping itu juga terdapat beberapa monumen korban meninggal atau hilang pada saat pendakian Semeru. Tempat ini sering pula dimanfaatkan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya ke puncak Mahameru.