logo
Bendera Korea Selatan (bergerpaints)
Dunia

Sederet Kudeta dan Pembunuhan Berdarah di Korea Selatan

  • Sejarah politik Korea Selatan memang penuh gejolak, mulai dari kudeta militer, pembantaian Gwangju, hingga transisi menuju demokrasi. Fakta-fakta mengejutkan ini mengungkap perjalanan panjang negeri Ginseng menuju stabilitas dan kebebasan.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

SEOUL - Korea Selatan, yang dikenal sebagai negara maju dengan demokrasi yang kuat, memiliki sejarah politik yang penuh  pergolakan dan tragedi. 

Masa lalunya diwarnai oleh kudeta militer, pembunuhan politik, dan deklarasi darurat militer yang mencerminkan periode ketidakstabilan luar biasa. 

Salah satu momen paling menentukan adalah kudeta militer 1961 yang dipimpin oleh Jenderal Park Chung-hee. Momentum yang kemudian membawa negara ini di bawah pemerintahan otoriter. Walau dianggap berhasil memacu pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi, era ini juga diwarnai oleh pembatasan kebebasan politik dan pelanggaran hak asasi manusia.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut sederet fakta kengerian politik Korea Selatan,

Kudeta Militer Berlarut-larut

Kudeta Pertama (1961)

Pada tahun 1961, Mayor Jenderal Park Chung-hee memimpin kudeta militer yang menjatuhkan pemerintahan sipil. Kudeta ini menandai dimulainya era pemerintahan otoriter selama 18 tahun di bawah Park. Selama masa jabatannya, Park memberlakukan darurat militer berulang kali untuk meredam protes rakyat.

Kudeta Kedua (1979)

Setelah Park Chung-hee dibunuh oleh kepala intelijennya pada Oktober 1979, kekosongan kekuasaan dimanfaatkan oleh Mayor Jenderal Chun Doo-hwan, yang memimpin kudeta militer pada Desember tahun itu. Chun kemudian menjadi presiden melalui cara-cara yang penuh manipulasi.

Krisis Pembantaian Gwangju (1980)

Pada bulan Mei 1980, penolakan publik terhadap Chun Doo-hwan memuncak di kota Gwangju. Chun merespons dengan tindakan brutal, mengerahkan militer untuk menumpas protes. Peristiwa ini dikenal sebagai Pemberontakan Gwangju, menewaskan lebih dari 200 orang, dan menjadi salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah modern Korea Selatan.

Peralihan ke Demokrasi (1987-1988)

Gelombang protes besar-besaran pada 1987 memaksa Chun Doo-hwan menyerahkan kekuasaan dan membuka jalan untuk pemilu langsung. Era demokrasi dimulai dengan terpilihnya Roh Tae-woo, mantan jenderal sekaligus sekutu Chun, sebagai presiden pertama pasca-reformasi.

Daftar Presiden dengan Sejarah Kelam

Syngman Rhee

Presiden pertama Korea Selatan ini digulingkan pada 1960 setelah gerakan protes besar-besaran menentang pemerintahannya yang otoriter dan korup.

Yun Po-sun

Berkuasa setelah Rhee, Yun Po-sun menjadi korban kudeta militer pada 1961, yang dipimpin oleh Park Chung-hee.

Park Chung-hee

Setelah 18 tahun memerintah dengan tangan besi, Park tewas dibunuh oleh kepala intelijennya sendiri pada 1979, yang memicu kudeta militer berikutnya.

Choi Kyu-hah

Presiden sementara setelah kematian Park, Choi hanya bertahan 10 bulan sebelum digulingkan oleh Chun Doo-hwan pada 1980.

Chun Doo-hwan

Berkuasa dengan otoritarianisme, Chun dikenang karena perannya dalam tragedi Gwangju. Ia dihukum mati pada 1996 atas kejahatan selama masa jabatannya tetapi kemudian diampuni.

Roh Tae-woo

Sekutu Chun ini juga terlibat dalam kudeta 1979 dan turut dihukum atas tindakannya, meskipun diampuni bersama Chun.

Kim Young-sam

Sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap rezim otoriter, Kim sempat dipenjara selama masa pemerintahan Park. Ia kemudian menjadi presiden demokratis pertama Korea Selatan.

Kim Dae-jung

Dijatuhi hukuman mati oleh Chun Doo-hwan, Kim selamat dari eksekusi dan akhirnya menjadi presiden yang meraih Nobel Perdamaian berkat upayanya dalam rekonsiliasi dengan Korea Utara.

Roh Moo-hyun

Roh, presiden dengan gaya kepemimpinan yang bersahaja, mengakhiri hidupnya pada 2009 setelah diselidiki atas dugaan korupsi.

Baru-baru ini, deklarasi darurat militer singkat pada 3 Desember 2024 oleh Presiden Yoon Suk Yeol kembali memicu gejolak. Langkah ini memancing kemarahan publik dan parlemen Korea Selatan, yang kini sedang mempertimbangkan pemakzulan terhadap Yoon.

Sejarah politik Korea Selatan menunjukkan perjalanan yang penuh liku menuju demokrasi. Kudeta, darurat militer, dan pembunuhan politik menjadi bagian kelam yang mengajarkan pentingnya stabilitas dan transparansi dalam pemerintahan. Meskipun kini Korea Selatan berdiri sebagai salah satu negara paling demokratis di Asia, warisan masa lalunya tetap menjadi pengingat akan perjuangan panjang rakyatnya untuk keadilan dan kebebasan.