Sejarah Berdirinya Bank Mandiri
- PT Bank Mandiri Tbk, selanjutnya disebut PT Bank Mandiri, didirikan di Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 1998 tanggal 1 Oktober 1998.
Perbankan
JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk, selanjutnya disebut PT Bank Mandiri, didirikan di Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 1998 tanggal 1 Oktober 1998.
Akta pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman melalui Surat Keputusan No. C2-561NHT.01.Tahun 98 tanggal 2 Oktober 1998, serta diumumkan pada tambahan No. 6859 di Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1998.
Dikutip dari laman resmi Bank Mandiri, pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
- Asing Mulai Akumulasi BBRI, Bagaimana Prospek Sahamnya?
- Saham GOTO Akhirnya Berdenyut, Sinyal Rebound?
- Arah Saham ASII Usai Raih Pangsa Pasar Mobil 60 Persen pada Juni 2024
PT Bank Mandiri adalah bank hasil restrukturisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia setelah krisis moneter tahun 1998. Bank Mandiri adalah bank milik pemerintah Republik Indonesia dan merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebanyak 60% sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia, sedangkan 40% sisanya dimiliki publik.
Sebelumnya, setelah melalui proses konsolidasi dan integrasi menyeluruh di berbagai bidang, Bank Mandiri berhasil membangun organisasi bank yang solid dan mengimplementasikan core banking system baru dan terintegrasi, menggantikan core banking system dari keempat bank legacy sebelumnya yang saling terpisah.
Sejak didirikan, kinerja Bank Mandiri terus mengalami peningkatan, terlihat laba yang naik dari Rp1,18 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp5,3 triliun pada tahun 2004. Bank Mandiri melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan 4 miliar lembar saham.
Bank Mandiri mengklaim sebagai bank terbesar di Indonesia sekaligus sebagai bank BUMN terbesar di Indonesia berdasarkan total aset. Pada akhir tahun 2013, total aset Bank Mandiri mencapai Rp733,1 triliun. Hingga Desember 2013, Bank Mandiri telah menguasai 15,2% pangsa pasar di seluruh Indonesia.
Hal ini terbukti dari jumlah rekening yang terdaftar di Bank Mandiri yang mencapai 14 juta rekening, dengan laba bersih sebesar Rp18,2 triliun. Pada data penutupan tahun 2013, Bank Mandiri memiliki 2.050 kantor cabang dan mempekerjakan 33.982 pegawai di seluruh Indonesia.
Bank Mandiri melaporkan memiliki 11.514 ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hingga tahun 2013, Bank Mandiri telah memiliki 7 kantor cabang atau perwakilan luar negeri, yaitu di Cayman Island, Singapura, Hong Kong, Shanghai, London-UK, Dili-Timor Leste, dan Mandiri International Remittance di Kuala Lumpur-Malaysia. Hal ini menunjukkan Bank Mandiri memiliki visibilitas yang tinggi, terutama di Indonesia.
Hingga saat ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi lebih dari 140 tahun dalam memberikan kontribusi pada dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Program Transformasi Lanjutan
Dikutip dari laman Bank Mandiri, ada tahun 2010-2014, Bank Mandiri melakukan transformasi lanjutan dengan merevitalisasi visinya untuk “Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif.”
Dengan visi ini, Bank Mandiri menetapkan target untuk mencapai capaian keuangan pada tahun 2014, termasuk kapitalisasi pasar di atas Rp225 triliun, pangsa pasar pendapatan mendekati 16%, ROA mencapai sekitar 2,5%, dan ROE mendekati 25%, namun tetap mempertahankan kualitas aset dengan rasio NPL gross di bawah 4%.
Pada 2014, Bank Mandiri ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dan masuk dalam peringkat Top 5 bank di ASEAN. Selanjutnya, pada 2020, Bank Mandiri bertujuan untuk masuk dalam peringkat Top 3 di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di regional.
Pencapaian Penting Bank Mandiri 2014
Bank Mandiri mencatat sejumlah pencapaian penting dalam memperkuat perannya sebagai lembaga intermediasi yang mendukung perekonomian nasional. Pertumbuhan kredit sebesar 12,2% hingga mencapai Rp530 triliun dari Rp472,4 triliun pada tahun sebelumnya, dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) terjaga di level 2,15%.
Peningkatan ini turut mendorong aset menjadi Rp855 triliun dari Rp733,1 triliun pada Desember 2013. laba bersih pada 2014 tercatat tumbuh 9,2 % menjadi Rp19,9 triliun atau naik Rp1.7 triliun jika dibandingkan akhir 2013 sebesar Rp18,2 triliun. Didukung oleh pertumbuhan pendapatan fee based yang mencapai Rp15,06 triliun pada tahun 2014.
Selain itu, laba bersih juga diperkuat oleh pertumbuhan bunga bersih sebesar 15,7% menjadi Rp39,1 triliun dan kenaikan fee based income sebesar 3,9% menjadi Rp15,06 triliun. Anak perusahaan Bank Mandiri juga memberikan kontribusi sebesar 9,1% atau Rp1,81 triliun dari total laba tersebut.
Bank Mandiri juga terus memacu pembiayaan ke sektor produktif. Hasilnya, pada akhir 2014, kredit ke sektor produktif tumbuh 13.9 % mencapai Rp 410,6 triliun. dimana kredit investasi tumbuh 9,1 % dan kredit modal kerja tumbuh 16,7%.
Dalam segmen mikro, penyaluran kredit tumbuh signifikan, mencapai 33,2% menjadi Rp36 triliun pada Desember 2014. Sedangkan untuk UMKM, penyaluran kredit meningkat 13,6% menjadi Rp73,4 triliun.
- ISAT hingga MBMA Pimpin Top Gainers LQ45 Pagi Ini
- IHSG Dibuka Naik ke 7.321, Simak Daftar Lengkap Top Gainers Hari Ini
- Rumitnya Perang Sawit Indonesia VS Eropa, Berikut Alurnya
Akhir 2014, Bank Mandiri juga aktif dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan jumlah nasabah KUR meningkat 34% yoy menjadi 396 ribu nasabah.
Kepercayaan masyarakat kepada Bank Mandiri juga meningkat, terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp636,4 triliun pada akhir 2014 dari Rp556,4 triliun pada tahun sebelumnya. Dana murah (giro dan tabungan) yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp380,5 triliun, dengan tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 6,7% atau Rp15,93 triliun menjadi Rp252,4 triliun.