Ilustrasi Hari Perempuan Internasional.
Dunia

Sejarah Hari Perempuan Internasional: Diinisiasi Partai Sosialis AS, Tumbuhkan Solidaritas

  • Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) diperingati di seluruh dunia setiap 8 Maret.

Dunia

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) diperingati di seluruh dunia setiap tanggal 8 Maret. Perayaan ini merupakan bentuk peringatan perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender dan hak lain di bidang sosialm ekonomi, budaya, dan politik. 

Hari Perempuan Internasional awalnya diperingati sebagai hari aksi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak memilih, hak bekerja, dan hak atas pendidikan. Seiring berjalannya waktu, perayaan tersebut menjadi momentum kampanye berbagai isu yang dihadapi perempuan pada zamannya seperti kekerasan seksual, ketimpangan ekonomi, hingga diskriminasi gender.

Dilansir dari UN Woman, tema Hari Perempuan Internasional 2023 adalah “DigitALL: Innovation and technology for gender equality”. Tema tersebut memiliki arti bahwa inovasi dan teknologi mestinya dapat mendorong kesetaraan gender untuk semua perempuan. 

Peringatan Hari Perempuan Internasional kali pertama dilakukan pada 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat (AS). Dilansir dari United Nations, agenda tersebut diinisiasi Partai Sosialis AS untuk memperingati setahun demonstrasi kaum perempuan di New York, 8 Maret 1908. Kala itu, 15.000 peremuan turun ke jalan menyuarakan hak tentang peningkatan standar upah dan pemangkasan jam kerja. 

Pada 1910, Pemimpin 'Kantor Perempuan' Clara Zetkin mengajukan gagasan untuk menetapkan Hari Perempuan Internasional. Usulan tersebut disetujui oleh 100 perwakilan perempuan dari 17 negara. Organisasi sosialis internasional pun berkumpul di Kopenhagen untuk membahas hal tersebut. Tanggal 19 Maret 1911 pun disepakati menjadi perayaan pertama Hari Perempuan Internasional. Lebih dari 1 juta orang terlibat dalam perayaan di Jerman, Denmark, Swiss dan Austria.  .

Pada periode 1913-1914, Hari Perempuan Internasional dipakai sebagai gerakan penolakan Perang Dunia I. Di sejumlah negara Eropa, perayaan tersebut digunakan untuk memprotes perang dunia atau sebagai aksi solidaritas sesama wanita. Para perempuan Rusia medio 1917 memprotes perang dengan gerakan bertajuk 'Roti dan Perdamaian' pada hari Minggu terakhir di bulan Februari. Hari tersebut bertepatan dengan tanggal 8 Maret di kalender Masehi. 

Tsar Rusia akhirnya memberikan hak untuk memilih untuk para perempuan empat hari setelah gerakan itu. Pada tahun 1975, untuk kali pertama PBB memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret. Sejak saat itu tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Kini, perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berada di pemerintahan, politik dan kerja-kerja lain. 

Perempuan juga bebas untuk bekerja, memiliki keluarga dan kebebasan untuk memilih tujuan hidupnya. Namun masih ada sejumlah PR terkait permasalahan perempuan yang belum terpecahkan. Hal itu di antaranya kasus kekerasan domestik yang lebih dominan dialami perempuan hingga ketidaksetaraan upah antara laki-laki dan perempuan.