Sejarah Irlandia: Diwarnai Penaklukan, Berujung Pembagian Kekuasaan
- Selama berabad-abad, Irlandia menjadi objek dominasi Inggris, yang menciptakan ketegangan antara penduduk asli mayoritas Katolik dan pemerintah Inggris yang mayoritasnya Protestan, konflik ini mencapai puncaknya pada abad ke-20.
Dunia
JAKARTA - Irlandia merupakan sebuah pulau yang indah di Atlantik Utara, pulau ini terkenal karena sejarahnya yang penuh perjuangan dan konflik. Salah satu aspek yang paling mencolok dari sejarahnya adalah pembagian kekuasaan pulai ini menjadi dua wilayah terpisah, Republik Irlandia yang merdeka dan Irlandia Utara yang merupakan bagian dari Britania Raya.
Dilansir dari Ensiklopedia Britanica, Rabu, 7 Februari 2024, sejarah pembagian Irlandia dimulai dari abad ke-12, ketika Inggris Raya mulai melakukan penaklukan di pulau itu.
Selama berabad-abad, Irlandia menjadi objek dominasi Inggris, yang menciptakan ketegangan antara penduduk asli mayoritas Katolik dan pemerintah Inggris yang mayoritasnya Protestan, konflik ini mencapai puncaknya pada abad ke-20.
Pada tahun 1919, gerakan nasionalis Irlandia, yang dipimpin oleh Sinn Féin, memproklamasikan kemerdekaan Republik Irlandia. Namun, Inggris menolak untuk mengakui kemerdekaan tersebut, dan perang kemerdekaan meletus.
- MSIG Life Berdayakan AI untuk Berikan Layanan Asuransi yang Lebih Efisien
- Wacana BUMN jadi Koperasi, Wawen BUMN : Tetap Sesuai UU
- Jokowi Ngaku Tidak Akan Ikut Kampanye Pilpres 2024
Pada tahun 1920, sebagai upaya untuk mengakhiri konflik, Inggris membagi Irlandia menjadi dua bagian. Bagian utara, yang mayoritas penduduknya Protestan, tetap menjadi bagian dari Britania Raya dan disebut Irlandia Utara, sementara bagian selatan dan barat laut, mayoritas penduduknya Katolik, membentuk Negara Bebas Irlandia, yang kemudian menjadi Republik Irlandia.
Pembagian Irlandia menjadi Republik Irlandia dan Irlandia Utara membawa konsekuensi yang mendalam, terutama dalam hal konflik sektarian antara komunitas Protestan dan Katolik di Irlandia Utara.
Perbedaan agama ini menjadi pemicu untuk kekerasan dan perpecahan sosial yang melanda wilayah tersebut. Bentrokan antara kedua komunitas tersebut, terutama selama periode "The Troubles" yang berlangsung dari tahun 1960-an hingga 1998, menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan penderitaan yang luas di antara penduduk Irlandia Utara.
Intervensi Inggris dalam upaya untuk menjaga perdamaian dan mengakhiri kekerasan hanya memberikan solusi sementara terhadap konflik yang kompleks ini.
Meskipun perdamaian resmi dicapai melalui Perjanjian "Jumat Baik" pada tahun 1998, Irlandia Utara tetap menjadi wilayah yang rawan konflik, terutama terkait dengan isu politik dan perbatasan terbuka dengan Republik Irlandia.
- MSIG Life Berdayakan AI untuk Berikan Layanan Asuransi yang Lebih Efisien
- Wacana BUMN jadi Koperasi, Wawen BUMN : Tetap Sesuai UU
- Jokowi Ngaku Tidak Akan Ikut Kampanye Pilpres 2024
Meskipun berada di jalur politik yang berbeda, kedua wilayah ini masih terikat dalam sejarah yang rumit dan hubungan yang kompleks. Meskipun Republik Irlandia telah mencapai kemerdekaan penuh dan menjadi anggota aktif Uni Eropa, Irlandia Utara terus menghadapi tantangan politik yang signifikan, terutama setelah hasil referendum Brexit yang memicu perdebatan mengenai perbatasan terbuka antara dua Irlandia.
Kisah Irlandia menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya dialog, kerjasama, dan perdamaian dalam menangani perbedaan politik dan agama.
Perjalanan panjang menuju rekonsiliasi dan stabilitas di Irlandia Utara merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan komitmen yang berkelanjutan dari semua pihak yang terlibat.