Sejarah Onde-Onde di Indonesia, Kental Akulturasi Budaya
- Kuliner yang identik dengan jajanan tradisional ini ternyata bukan merupakan kudapan asli Nusantara.
Destinasi & Kuliner
JAKARTA - Onde-onde merupakan kudapan yang tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Makanan berbentuk bulat dengan balutan wijen di permukaanya ini sering dijajakan di pasar tradisional hingga warung-warung.
Bahkan makanan bertekstur kenyal itu menjadi salah satu jajanan khas dari Kota Mojokerto. Di sana, onde-onde seringkali diburu untuk dijadikan buah tangan ketika berkunjung di kota tersebut.
Namun siapa sangka, kuliner yang identik dengan jajanan tradisional ini ternyata bukan merupakan kudapan asli Nusantara. Bila ditarik ke belakang, sejarah makanan ini justru berasal dari Negeri Tirai Bambu. Jajanan onde-onde asal muasalnya merupakan makanan bagi para pekerja batu dan tukang kayu yang sedang mengerjakan istana kekaisaran.
- Irlandia Tawarkan Rp1,3 Miliar bagi yang Mau Transmigrasi
- Menilik Strategi Alfamart Terapkan ESG, Salah Satunya Penggunaan Panel Surya
- Telak, Rudal Exocet KRI I Gusti Ngurah Rai Antar Karang Tekok ke Peristirahatan Terakhir
Makanan ini juga menjadi hidangan pada acara dan tradisi perayaan masyarakat China. Terdapat sebuah filosofi dari onde-onde yang berbentuk bulat. Diyakini bentuk tersebut sebagai perlambang dari keselamatan dan kebersamaan. Adapun wijen yang menyelimuti merupakan perlambang sebuah keberuntungan.
Onde-onde masuk di kawasan Nusantara pada era Kerajaan Majapahit. Pada masa itu banyak saudagar China yang masuk kawasan kerajaan untuk berdagang. Para saudagar ini membawa dan memperdagangkan apa saja termasuk onde-onde. Lambat laun masyarakat di daerah yang disinggahi tersebut mulai mengenal dan menyukai onde-onde.
Bahan dasar onde-onde berasal dari beras ketan yang dibentuk bulat dan diberikan isian pada dalamnya. Di negeri asalnya, onde-onde berisikan pasta gula sehingga memiliki cita rasa yang kenyal, gurih, serta manis. Ketika mendarat di wilayah Indoensia, jajanan ini kemudian mulai berakulturasi dengan budaya dan selera masyarakat lokal.
- Irlandia Tawarkan Rp1,3 Miliar bagi yang Mau Transmigrasi
- Menilik Strategi Alfamart Terapkan ESG, Salah Satunya Penggunaan Panel Surya
- Telak, Rudal Exocet KRI I Gusti Ngurah Rai Antar Karang Tekok ke Peristirahatan Terakhir
Isian berupa pasta dari gula dirasa tidak cocok dengan selera dan lidah masyarakat lokal di Indonesia. Oleh karena itu, isian dari onde-onde kemudian oleh masyarakat lokal diganti dengan rebusan kacang hijau yang ditumbuk halus lalu dicampur gula. Isian seperti inilah yang ternyata lebih cocok dengan selera orang lokal.
Hingga kini, onde-onde masih menjadi jajanan yang diburu dan eksis di pasaran. Tampilan serta isian dari onde-onde juga semakin bervarian mengikuti tren dan perkembangan zaman.
Tidak hanya menggunakan kacang hijau yang dihaluskan, banyak para produsen dan penjual makanan ini yang melakukan modifikasi dengan mengganti isian onde-onde dengan coklat, keju, selai, dan ragam isian lainnya.