Jeep Wrangler Rubicon.
Gaya Hidup

Sejarah Rubicon, Bermula dari Nama Sungai di Italia

  • Bila Mario mengendarai Rubicon, Julius Caesar dikisahkan menyeberangi Rubicon. Keduanya sama-sama menentukan jalan hidup mereka.
Gaya Hidup
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA—Mobil Jeep Rubicon mendadak jadi bahan pembicaraan menyusul kasus penganiayaan Mario Dandy Satrio. Putra Kabag Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun, itu kedapatan mengendarai Rubicon saat melakukan penganiayaan terhadap anak pengurus GP Ansor bernama David. 

Di media sosialnya, Mario juga kerap memamerkan mobil mewah berjenis SUV itu. Jeep Wranger Rubicon yang dikendarai Mario diperkirakan memiliki harga Rp1,73 miliar. Lalu bagaimana sejarah Rubicon yang belakangan viral tersebut?

Dilansir dari sejumlah sumber, Rubicon ternyata adalah nama sebuah sungai kecil yang berada di Italia. Sungai itu menjadi batas antara Italia dengan Galia Cisalpine, kawasan selatan Pegunungan Alpen (utara Italia) yang dipimpin Julius Caesar. 

Bila Mario mengendarai Rubicon, Julius Caesar dikisahkan menyeberangi Rubicon. Keduanya sama-sama menentukan jalan hidup mereka. Berdasarkan aturan hukum pada masa itu, setiap gubernur provinsi yang ingin memimpin pasukannya menyeberang batas kembali ke Italia dianggap sebagai musuh. Sederhananya, menyeberang Sungai Rubicon sederhananya adalah sebuah deklarasi perang.

Pada awal tahun 49 SM, pengaruh Julius Caesar semakin berkembang. Hal ini membuat senat khawatir dan meminta Julius Caesar kembali ke Roma sebagai warga sipil alias tanpa pasukan. Namun Caesar membangkang karena ingin mengejar Gnaius Pompeius, saingan terkuat yang notabene mantan sekutunya.

Caesar pun memutuskan menyeberangi Sungai Rubicon bersama tentaranya. “Pada malam 10 dan 11 Januari 49 SM, Caesar memimpin pasukannya menyeberangi Rubicon di utara Italia dan bergerak menuju Roma,” tulis Michael H. Hart dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. 

Caesar sadar telah melanggar hukum dan perang saudara akan terjadi antara kelompoknya dan bangsawan Romawi. Namun dia punya pertimbangan. Jika datang ke Roma tanpa pasukan, Caesar khawatir akan diremukkan lawan politiknya. Umberto Eco dalam buku Tafsir dan Sejarah menyebut Julius Caesar tak hanya mengetahui bahwa dia melakukan perbuatan asusila, bahkan dia tahu dia tidak bisa kembali lagi ketika melakukannya (menyeberangi Rubicon). “Alea iacta est (dadu sudah dilemparkan),” demikian tulis Eco. 

Perang akhirnya meletus. Dengan tekadnya, Caesar keluar sebagai pemenang usai perang selama empat tahun. Caesar pun kembali ke Roma Oktober 44 SM dan menjadi diktator seumur hidup. Namun kisah Julius Caesar berakhir tragis. Dia dibunuh lawan politiknya dalam sebuah pertemuan senat.