Sejarah Zone Demiliterisasi Korea dan Tentara Amerika yang Melewatinya
- Pasukan kedua negara dan Amerika Serikat berpatroli di perbatasan luar wilayah tersebut untuk mencegah pihak lain keluar.
Dunia
JAKARTA- Berita tentang seorang tentara Amerika, Travis King, yang beberapa waktu lalu membelot ke Korea Utara sekali lagi menyoroti Demilitarized Zone (DMZ) Korea.
DMZ memisahkan Korea Utara dari Korea Selatan. Pasukan kedua negara dan Amerika Serikat berpatroli di perbatasan luar wilayah tersebut untuk mencegah pihak lain keluar.
Apa Sebenarnya DMZ Korea ini? Pada Juli 1953, Perang Korea selama tiga tahun berakhir dengan gencatan senjata. Kedua belah pihak sepakat untuk menangguhkan permusuhan terbuka. Meski gencatan senjata masih berlaku, itu bukan perjanjian damai. Hingga secara teknis Perang Korea sebenarnya masih berlangsung hingga sekarang.
Salah satu syarat gencatan senjata adalah pembentukan zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Selatan dan berjalan kira-kira sepanjang paralel ke-38. DMZ memiliki lebar 40 km dan panjang sekitar 250 km. Garis ini membelah semenanjung Korea dan membentang dari Laut Kuning hingga Laut Jepang. Garis Demarkasi Militer ditandai oleh pagar yang berada tepat di tengah-tengah DMZ dan berfungsi sebagai perbatasan antara kedua Korea.
- Bisnis Bank BNI di Asia Merugi, Ini Penyebabnya
- Perkuat Penetrasi Pasar Timor Leste, Kemendag Lepas Ekspor Produk Pertanian Senilai Rp450 Juta
- Sri Lanka Pertimbangkan Penggunaan Rupee India untuk Transaksi Dalam Negeri
Kota administratif Panmunjom berada di garis demarkasi. Pasukan dan pejabat Korea Utara di sisi utara dan pasukan Korea Selatan dan Amerika di sisi selatan. Area ini, yang dikenal sebagai Area Keamanan Bersama atau JSA. Sebuah area yang ditetapkan sebagai tempat pertemuan semua pihak dan merupakan tempat terdekat bagi siapa pun untuk mencapai pihak lawan tanpa melanggar gencatan senjata.
Pada 2018, tentara Korea Utara Oh Chong Song membelot ke Korea Selatan di JSA. Di sinilah King yang berusia 23 tahun baru-baru ini juga membelot ke Korea Utara
DMZ, meskipun dijaga oleh kedua belah pihak, umumnya kosong dan telah menjadi suaka margasatwa tidak resmi. Beruang, martens, kucing liar, dan spesies lain menjadikan lanskap yang berserakan ranjau darat ini sebagai habitat mereka.
DMZ juga menjadi rumah bagi beberapa spesies yang terancam punah termasuk bangau Asia, ibis sendok berwajah hitam, kambing angora, dan macan tutul Amur. Bahkan ada desas-desus tentang koloni kecil harimau Siberia yang tinggal di zona tersebut.
Sejak akhir Perang Korea, segelintir tentara Amerika telah melintasi perbatasan ke Korea Utara. Empat dari mereka adalah Larry Abshier, James Dresnok, Jerry Parrish, dan Charles Jenkins. Mereka membelot ke Utara pada 1960-an. Kemudian disusul Joseph White yang membelot pada tahun 1982. Dengan kasus Travis King, maka sejauh ini tercatat hanya enam tentara Amerika yang melakukan penyeberangan berbahaya ke Korea Utara
Para pembelot Amerika umumnya dianggap sebagai piala kemenangan oleh Pyongyang. Hal ini dijadikan bukti keunggulan sistem Korea Utara. Bahkan orang Amerika mau mempertaruhkan nyawa dan anggota badan untuk menjadi bagian dari negara tersebut. Para pembelot ini sering memerankan orang Amerika dalam film propaganda Korea Utara. Salah satunya Abshier yang pernah berperan sebagai kapten polisi rahasia Amerika.
Tetapi Amerika menganggap para pembelot umumnya menderita masalah moral dan disiplin yang buruk. Para pembelot ke Korea Utara sering dianiaya. Jenkins memiliki tato Angkatan Darat Amerika yang dianggap ofensif oleh pejabat Korea Utara. Tatto itu kemudian dihapus tanpa obat bius.
Dalam memoarnya tahun 2008, Jenkins mengklaim pemukulan berulang kali oleh pejabat keamanan Korea Utara dan bahkan pembelot Amerika lainnya. Para pembelot dilucuti kebebasannya, tidak dapat kembali ke Amerika, dan meskipun diberikan standar hidup yang lebih tinggi daripada banyak orang Korea Utara, tetapi terus berkurang karena ekonomi Korea Utara mulai goyah.
Beberapa pembelot menikah dan memiliki keluarga dengan wanita yang disediakan oleh rezim. Jenkins mengakui menikahi seorang wanita Jepang yang diculik dari Jepang untuk mengajari mata-mata Korea Utara bagaimana bertindak sebagai orang Jepang. Empat dari lima meninggal di Korea Utara. Sementara Jenkins dipulangkan pada tahun 2004.
Sejarah pembelot Amerika ke Korea Utara menunjukkan bahwa, dalam contoh terakhir ini, King kemungkinan besar telah membuat keputusan terakhirnya untuk waktu yang lama. King hampir pasti akan digunakan sebagai propaganda oleh Korea Utara. Dan kemudian dijadikan alat tawar-menawar untuk mendapatkan konsesi dari Amerika Serikat.
Meski begitu, tidak seperti Jenkins, King mungkin tidak akan menghabiskan 40 tahun ke depan di sana. Korea Utara sekarang memiliki senjata nuklir dan harus mengatur hubungannya dengan Amerika secara hati-hati.