PT Bumi Resources Tbk (BUMI) baru saja melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2024. Hasilnya, emiten tambang terafiliasi Grup Salim dan Bakrie ini sukses mencetak laba bersih yang naik signifikan di tengah penurunan pendapatan.
Bursa Saham

Sejauh Mana Saham BUMI Melaju Setelah Laba Semester I-2024 Naik

  • PT Bumi Resources Tbk (BUMI), emiten tambang batu bara, mencatat kenaikan laba bersih pada paruh pertama tahun ini. Peningkatan kinerja ini direspon positif oleh pasar di mana harga saham perseroan selama satu minggu terakhir terpantau melambung.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Bumi Resources Tbk (BUMI), emiten tambang batu bara, mencatat kenaikan laba bersih pada paruh pertama tahun ini. Peningkatan kinerja ini direspon positif oleh pasar di mana harga saham perseroan selama satu minggu terakhir terpantau melambung. 

Berdasarkan laporan keuangannya, BUMI sukses mencatat laba berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$84,19 juta. Raihan tersebut melesat 3,76% secara tahunan dibandingkan periode semester I-2024 sebesar US$81,82 juta. 

Namun, pendapatan BUMI justru mengalami kontraksi 32,76% secara tahunan. Pada semester I-2024, pendapatan perseroan tercatat sebesar US$595,64 juta, dibandingkan dengan US$886,27 juta yang berhasil dibukukan pada periode yang sama tahun lalu.

Penjualan batubara menjadi kontributor utama bagi pendapatan BUMI pada periode ini, mencapai US$534,57 juta. Rinciannya, penjualan batubara ekspor sebesar US$378,34 juta, sementara penjualan lokal mencapai US$156,22 juta. Selain itu, penjualan emas menyumbang US$60,04 juta dan penjualan perak menyumbang US$1,22 juta. 

Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava, mengungkapkan bahwa selama enam bulan pertama tahun 2024, BUMI mencatat kenaikan produksi batubara dari 35,4 juta ton (MT) menjadi 37,7 juta ton.

“Kenaikan produksi di semester I 2024 disebabkan oleh kinerja kontraktor yang lebih baik dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC),” ujarnya dalam keterangan resmi yang dirilis pada Senin,19 Agustus 2024.

Namun, dari sisi harga, batubara justru mengalami penurunan selama paruh pertama tahun 2024, dengan harga rata-rata turun menjadi US$75,2 per ton, dibandingkan dengan US$93,2 per ton pada periode yang sama tahun lalu. “Penurunan ini sejalan dengan tren harga batubara global,” jelasnya.

Selama semester I 2024, biaya unit produksi turun dari US$52,8 per ton menjadi US$47,0 per ton. Penurunan ini terjadi akibat harga minyak yang lebih rendah, rasio pengupasan yang lebih rendah, serta produktivitas KPC yang lebih tinggi.

Rekomendasi Saham

Analis NH Korindo, Axell Ebenhaezer, menyatakan bahwa emiten sektor pertambangan saat ini didorong oleh harga global batubara dan nikel yang lebih stabil dibandingkan tahun lalu, dengan permintaan dan penawaran yang semakin seimbang.

“Untuk jangka pendek, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah fenomena alam El Niño, yang diprediksi akan membawa curah hujan ekstrem, berdampak pada produksi tambang domestik,” jelasnya dalam riset terbaru. 

Axell menambahkan, permintaan terhadap komoditas hasil tambang diproyeksikan akan perlahan meningkat, seiring dengan tanda-tanda pemulihan ekonomi di China berdasarkan data makro terbaru.

Pada perdagangan yang berlangsung di lantai bursa pukul 10:07 WIB, saham BUMI terpantau naik 1,15% menjadi Rp88 per saham. Jika dilihat dari satu minggu terakhir, harga saham ini telah melonjak sebesar 15,79%.

Terkait rekomendasi saham tersebut, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, melihat dari sisi teknikal dengan merekomendasikan hold saham BUMI dengan target harga Rp97 per saham.