Calon pembeli melihat produk keramik yang dijual di kios kerajinan keramik kawasan Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Rabu, 15 September 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

Sejumlah Proyek Besar Dorong Kenaikan Kinerja Industri Bahan Galian Non-Logam

  • Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, peningkatan terutama pada industri semen didorong proyek pembangunan di dalam negeri. Termasuk Ibu Kota Negara Nusantara (IKN), infrastruktur jalan, serta perumahan.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, angka Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI), sektor industri barang galian bukan logam pada kuartal I-2024 berada di level 50,39.  Pada kuartal II- 2024 angkanya naik tipis menjadi 51,45, dan pada sedangkan di kuartal III-2024 berada di level 57,02.

Hal ini menunjukkan, kinerja subsektor industri bahan galian bukan logam mengalami peningkatan.  Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, peningkatan terutama pada industri semen didorong proyek pembangunan di dalam negeri. Termasuk Ibu Kota Negara Nusantara (IKN), infrastruktur jalan, serta perumahan. Kegiatan tersebut pada akhirnya mendongkrak permintaan terhadap material semen ikut naik.

"Karena ada banyak proyek infrastruktur seperti bendungan, jalan, konstruksi, atau IKN juga termasuk salah satunya, itu akan meningkatkan permintaan atas material semen, besi baja. Ini tertangkap oleh IKI," ujarnya Rilis IKI, di Kantor Kemenperin, Jakarta dilansir Selasa, 1 Oktober 2024.

Febri juga menjelaskan, dalam indeks kepercayaan industri (IKI), industri barang galian non logam dan industri peralatan listrik, menjadi dua subsektor yang mengalami peningkatan IKI paling tinggi pada September 2024. IKI industri barang galian non logam naik ditopang kenaikan IKI pada industri semen, seperti disebutkan di atas. Sementara itu, IKI industri peralatan listrik meningkat karena kenaikan permintaan dari kegiatan konstruksi.

Meski industri semen ataupun industri bahan galian non logam mengalami peningkatan, tapi kinerjanya tidak mampu mendorong nilai IKI secara keseluruhan. Selain semen, Febri mengatakan industri ubin keramik juga masuk dalam industri bahan galian non logam. Berbeda dari industri semen, ia menyebut, industri ubin keramik RI justru sedang lesu karena dihantam produk impor.

Keramik RI Kalah dari China 

Sementara untuk industri keramik, meskipun banyak proyek infrastruktur banyak melakukan belanja, sektor ini tidak ikut terkerek naik. Hal ini diakibatkan masih banyaknya impor produk keramik yang terjadi di dalam negeri, sehingga industri ini tidak berkontribusi pada stagnansi IKI September 2024.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen IKMA Kemenperin Reni Yanita membenarkan, keramik besutan RI kalah dari China. Kendati demikian, Kemenperin mencatat, permintaan terhadap produk keramik saniter buatan dalam negeri cenderung naik karena ada proyek IKN dan pembangunan hotel.

"Kalau untuk sektor bahan galian non logam, khususnya ubin keramik, memang kita masih dihantam oleh produk China kemarin," tuturnya.