Sekadar Pemanis? Amerika Bikin Bom Nuklir Baru
- Bom itu diberi nama B61-13 dan akan memiliki kekuatan yang serupa dengan B61-7
Tekno
WASHINGTON-Departemen Pertahanan Amerika mengumumkan mereka bergerak maju untuk membangun versi baru bom gravitasi nuklir B61 .
Bom itu diberi nama B61-13 dan akan memiliki kekuatan yang serupa dengan B61-7. Bom ini berkekuatan lebih tinggi dibandingkan B61-12. Bom terbaru yang ditambahkan ke gudang senjata Amerika.
Pentagon mengatakan keputusan untuk membuat senjata ini dibuat untuk mencerminkan perubahan lingkungan keamanan sejalan dengan Tinjauan Postur Nuklir 2022 . Studi tersebut mengatakan militer perlu memodernisasi kekuatan nuklirnya untuk menghalangi dua pesaing utama mereka China dan Rusia.
B61-13 akan menggunakan fitur keselamatan, keamanan, dan akurasi modern yang sama dengan B61-12. Hal ini juga akan memberi lebih banyak pilihan untuk menyerang sasaran militer yang lebih keras dan memiliki wilayah yang luas. Di sisi lain Pentagon sedang berupaya untuk menghentikan penggunaan bom lama seperti B61-7 dan B83-1.
- Didukung Arus Kas Kuat, NAV Saratoga Capai Rp49,8 Triliun di Kuartal III-2023
- Menilik Asesmen Nasional, Rapor Pendidikan, dan Kurikulum Merdeka Sebagai Pendorong Utama dalam Mengubah Sistem Pendidikan di Indonesia
- Pilpres 2024: Jokowi Minta Pj Kepala Daerah Tidak Berpihak
Hans Kristensen pakar senjata nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika yang mendapat pengarahan dari Pentagon mengatakan bom baru ini akan menggunakan hulu ledak yang sama dari B61-7 era tahun 1980an dan 1990an.
Kristensen kepada Defense News Minggu 29 Oktober 2023 menilai pembuatan bom ini kemungkinan lebih dimaksudkan sebagai kompromi untuk memecahkan perselisihan bertahun-tahun antara Partai Demokrat dan Republik. “Terutama mengenai nasib bom B83-1 yang berukuran besar dan berusia 4 dekade,” katanya.
Mantan Presiden Barack Obama berusaha untuk menyingkirkan B83-1 berkekuatan 1,2 megaton. Ini adalah bom megaton terakhir yang tersisa di gudang senjata nuklir negara tersebut. Bom akan meledak dengan kekuatan 80 kali lipat dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945. Namun penggantinya, mantan Presiden Donald Trump membatalkan keputusan itu.
Presiden Joe Biden menghidupkan kembali upaya untuk menghilangkan B83. Namun anggota parlemen dari Partai Republik keberatan. Alasannya B83-1 diperlukan untuk menyerang sasaran yang keras dan terkubur dalam.
Sekadar Pemanis
Hasil maksimum B61-7 – dan varian barunya – adalah 360 kiloton. Sedangkan B61-12 memiliki hasil maksimum 50 kiloton.
“Ini merupakan pemanis bagi kelompok garis keras di Kongres untuk mengatakan: 'Baiklah teman-teman, Anda menginginkan sesuatu dengan hasil yang tinggi,” kata Kristensen. “ 'Ini jumlahnya sedikit tetapi Anda juga mendapatkan satu dengan tail kit yang akan lebih akurat.' ”
Ketua Komite Angkatan Bersenjata Kongres Mike Rogers dan Senator Roger Wicker dari Partai Republik di Komite Angkatan Bersenjata Senat mengatakan, mereka menyambut baik pembuatan varian B61 baru. Tetapi mereka menyebut ini hanya sebuah langkah kecil ke arah yang benar.
B61-13 bukanlah solusi jangka panjang. Namun setidaknya akan memberikan fleksibilitas lebih besar terhadap target yang ditetapkan. Terutama untuk di kawasan Pasifik dan Eropa.
Pentagon mengatakan pembuatan bom ini tidak akan meningkatkan jumlah persediaan militer secara keseluruhan. Amerika berencana mengurangi jumlah produksi B61-12 sebanyak B61-13 yang dibuat.
Kristensen memperkirakan sangat sedikit B61-13 yang akan diproduksi. Mungkin hanya dalam jumlah beberapa lusin. Dia juga meragukan penciptaan bom gravitasi baru, bersamaan dengan pensiunnya B61-7, akan menyebabkan banyak penurunan jumlah bom gravitasi di gudang senjata Amerika Serikat. Saat ini antara 400 dan 500 bom jenis ini dimiliki Amerika.
Bom gravitasi sebenarnya sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Hal itu mengingat bom harus dibawa oleh pesawat ke area target. Sementara sistem pertahanan udara semakin rapat. Ini menjadikan risiko pesawat ditembak jatuh sangat tinggi.
Tetapi Pentagon yakin pesawat modern mereka akan mampu mengirimkan bom ini. Tugas membawa bom itu akan diberikan kepada bomber B-21 Raider. Namun Amerika tidak berencana untuk mengerahkannya pada F-35 Joint Strike Fighter.