Sekolah Dari Rumah Bikin Boros Kuota Internet
Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menyesuaikan program pembelajaran jarak jauh dengan karakteristik regional di Indonesia.
Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menyesuaikan program pembelajaran jarak jauh dengan karakteristik regional di Indonesia.
Peneliti CIPS Nadia Fairuza Azzahra mengungkapkan, kemampuan pembelajaran jarak jauh belum dimiliki oleh semua siswa, orang tua, dan guru.
“Adanya keterbatasan ekonomi, serta belum meratanya fasilitas digital dan infrastruktur internet, menyebabkan sebagian dari mereka sulit untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh,” ujar Nadia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 24 April 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan solusi agar materi pembelajaran dapat tersampaikan secara efektif.
“Seperti menggunakan radio atau layanan pos untuk mengirim materi pembelajaran bentuk fisik ke daerah yang jangkauan internetnya rendah,” kata Nadia.
Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah memberikan bantuan finansial maupun bantuan pengadaan fasilitas untuk pembelajaran jarak jauh, seperti menyediakan asistensi dan konsultasi bagi para guru.
Pemerintah, lanjutnya, juga perlu mengantisipasi sebagai persiapan dalam menghadapi kemungkinan pandemi COVID-19 lebih panjang.
“Untuk itu, pemerintah perlu mengawasi proses pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS) agar difokuskan untuk pembelian kuota internet dan pulsa,” kata Nadia.
Ia mengaku, pihaknya mendapat keluhan dari masyarakat mengenai implementasi metode pembelajaran jarak jauh. Dua di antaranya, yakni kesulitan finansial untuk pembelian kuota dan beberapa siswa yang tidak memiliki laptop atau smartphone.
“Metode pembelajaran jarak jauh akan berjalan efektif jika didukung dengan platform yang mampu diakses oleh semua pihak, baik guru, siswa, dan orang tua,” kata Nadia. (SKO)