Sektor Farmasi Didongkrak Kenaikan Daya Beli dan Dukungan Pemerintah
- Kebangkitan daya beli dan normalisasi aktivitas luar ruangan diharapkan dapat mendorong pemulihan volume bagi sejumlah perusahaan farmasi.
Makroekonomi
JAKARTA – Sektor farmasi diharapkan mengalami perbaikan kinerja pada 2024 yang dipengaruhi oleh berbagai sentimen positif, mulai dari meningkatnya daya beli masyarakat hingga campur tangan pemerintah melalui regulasi.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andreas Saragih menyatakan bahwa kebangkitan daya beli dan normalisasi aktivitas luar ruangan diharapkan dapat mendorong pemulihan volume bagi sejumlah perusahaan farmasi.
“Kami optimistis bahwa tahun ini akan menandai adanya perbaikan selama dua tahun terakhir,” katanya dikutip dari riset harian, Senin, 15 Januari 2024.
Selain itu, lanjut Andreas, pemerintah akan berperan penting dalam mendukung pertumbuhan perusahaan farmasi melalui peningkatan anggaran kesehatan dan implementasi Omnibus Law Kesehatan.
- 2 Saham Emiten Milik Prajogo Pangestu jadi Pemberat IHSG
- Tren Pemanfaatan Gas Bumi untuk Domestik Capai 68,2 Persen
- GOTO Ungkap Penggunaan Dana IPO Rp13,7 Triliun hingga 2023
Menurut dia, lemahnya kinerja perusahaan farmasi pada tahun 2022 dan 2023 disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Pertama, penurunan daya beli akibat penyesuaian harga yang dilakukan oleh pelaku FMCG sepanjang 2022.
“Selanjutnya terdapat kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada September 2022, dan meningkatkan permintaan untuk perjalanan, rekreasi, dan aktivitas luar ruangan,” jelasnya.
Dengan gambaran itu, Andreas menyematkan peringkat Netral pada sektor ini yang didorong oleh valuasi menarik dan prospek bisnis yang membaik pascanormalisasi usai pandemi COVID-19.
“Selain itu, perubahan kebiasaan belanja konsumen dan dampak positif dari penerapan Omnibus Law Kesehatan akan menjadi sentimen baik,” tambahnya.