Para Pekerja Mengemas Alpukat di Sebuah Toko Pasar Buah dan Sayuran di Harare, Zimbabwe (Reuters/Philimon Bulawayo)
Dunia

Sektor Hortikultura Pulih, Zimbabwe Target Ekspor US$1 M pada 2030

  • Sektor hortikultura Zimbabwe, yang dirusak oleh perampasan lahan yang kejam 20 tahun lalu, mulai pulih berkat peningkatan investasi. Mereka pun menargetkan ekspor senilai US$1 miliar pada tahun 2030.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Sektor hortikultura Zimbabwe, yang dirusak oleh perampasan lahan yang kejam 20 tahun lalu, mulai pulih berkat peningkatan investasi. Mereka pun menargetkan ekspor senilai US$1 miliar pada tahun 2030.

Ekspor hortikultura negara Afrika bagian selatan itu mencapai puncaknya pada US$140 juta pada tahun 1999, sebelum mantan Presiden Robert Mugabe memperjuangkan penyitaan pertanian milik orang kulit putih untuk memukimkan kembali orang kulit hitam yang tidak memiliki tanah.

Perampasan tanah mengganggu ekonomi berbasis pertanian Zimbabwe, memicu kekurangan pangan dan krisis ekonomi yang berkepanjangan yang ditandai dengan hiperinflasi 500 miliar persen pada tahun 2008.

Menurut Dewan Pengembangan Hortikultura (HDC), Zimbabwe sekarang menghasilkan US$120 juta per tahun dari ekspor produk hortikultura termasuk jeruk, bunga, teh, alpukat, blueberry, dan kacang macadamia.

“Kita harus tumbuh 10 kali lipat untuk mencapai tujuan ini, dan jelas itu membutuhkan ekspansi yang cepat di sektor ini,” kata Wakil Presiden HDC Linda Nielsen pada konferensi hortikultura di Harare, dikutip dari Reuters, Senin, 20 November 2023.

Pertumbuhan yang ditargetkan akan membutuhkan investasi US$1,2 miliar, menurut HDC, tugas berat bagi sektor yang berjuang dengan kebijakan dan lingkungan peraturan yang tidak konsisten, biaya pinjaman yang tinggi, tantangan logistik, dan kekhawatiran yang terus-menerus atas penguasaan lahan.

Peningkatan investasi pada produk-produk seperti blueberry dan kacang macadamia, yang permintaan globalnya melonjak dalam beberapa tahun terakhir, membantu produk-produk tradisional seperti jeruk, teh, dan bunga untuk mendorong rebound/pemulihan.

“Kami melihat adanya pemulihan hingga 10.000 hektar (perkebunan jeruk) pada tahun 2030. Sebagian besar dari itu hilang akibat reformasi tanah,” kata Presiden Asosiasi Petani Jeruk Pete Breinstein dalam konferensi tersebut.

Pemerintah Zimbabwe, di bawah penerus Mugabe, Presiden Emmerson Mnangagwa, berupaya meningkatkan hubungan dengan petani kulit putih dan mendukung pemulihan pertanian, termasuk memberikan pendanaan.

Uni Eropa, sebagai pasar utama ekspor hortikultura Zimbabwe, juga memberikan dukungan teknis dan pendanaan melalui Bank Investasi Uni Eropa.

“Kami yakin kami bisa mencapainya, asalkan ada lingkungan yang mendukung dan pembiayaan yang ramah pengguna,” kata Presiden HDC Stanley Heri.