Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Sektor Keuangan Ambrol, Saham BBNI hingga BBRI Awet Memerah

  • Sektor keuangan menjadi sektor yang paling terpukul dengan pelemahan 1,2%. Saham BBNI dan BBRI masih terus mengendap di zona merah selama tiga hari beruntun.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Sektor keuangan menjadi sektor yang paling terpukul dengan pelemahan 1,2% tatkala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama di zona merah, Rabu, 3 April 2024.

Sektor keuangan merupakan salah satu dari 11 kelompok sektor saham yang diklasifikan Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham yang termasuk dalam sektor ini biasanya terkait dengan penyediaan berbagai layanan keuangan, seperti perbankan, jasa investasi, asuransi, dan lembaga keuangan konsumen.

Adapun contoh saham perbankan yang tercatat di sektor tersebut antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), yang kebetulan pada penutupan perdagangan pertama ini seluruh sahamnya memerah. 

Baca Juga: IHSG Sesi I Turun 0,75 Persen, Tiga Emiten Perbankan Top Losers LQ45

Pelemahan terdalam dirasakan oleh BDMN yang turun 4,41% ke level Rp2.820 per saham, baru kemudian disusul jajaran saham blue chip penghuni Indeks LQ45 yang diawali, BBCA turun sebesar 2,78% ke Rp9.625 per saham, BMRI turun 2,54% ke Rp6.725 per saham, BBNI turun 1,83% ke Rp5.375 per saham, dan BBRI turun 1,76% ke Rp5.575 per saham. 

Mengutip data RTI Business, pada penutupan perdagangan Selasa, 2 April 2024, kemarin, mayoritas saham perbankan penghuni LQ45 tersebut mengalami tekanan atas net sell atau jual bersih kepemilikan saham oleh investor asing. 

Baca Juga: Tambah 100 Layar, Cinema XXI (CNMA) Anggarkan Capex Rp775 Miliar pada 2024

Saham BBRI mencatatkan volume transaksi jual bersih asing tertinggi Rp907,8 miliar, kemudian disusul BMRI dengan transaksi net sell sebesar Rp292,2 miliar. Selanjutnya BBNI dan BBCA yang masing-masing mencatatkan transaksi Rp260,6 miliar dan Rp204,0 miliar. 

Perlu dicatat, saham penghuni LQ45 merupakan saham blue chip yang memiliki fundamental bagus dan nilai kapitalisasi pasar ratusan triliun rupiah. Oleh karena itu, pergerakan keempat saham perbankan tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap arah IHSG.

Alasan IHSG Rontok

Selama sesi pertama, sebanyak 218 saham mencatatkan kenaikan, 347 saham mengalami koreksi, dan 200 saham stagnan. Alhasil, IHSG diparkir menurun signifikan sebanyak 54,11 poin atau 0,75%, ke level 7.182,8. 

Analisa Pilarmas Investindo Sekuritas penurunan IHSG disebabkan oleh penundaan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve, seiring dengan rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Perusahaan efek ini pun menjelaskan IHSG dan indeks saham Asia mengalami penurunan di zona negatif, yang terkait dengan penundaan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve. 

Baca Juga: Penyebab Saham BBRI, BMRI dan BBNI Dua Hari Beruntun Kebakaran

Hal ini terjadi setelah pasar mengevaluasi data terbaru dari AS, di mana jumlah lowongan pekerjaan menurut JOLTS naik dari 8,74 juta menjadi 8,75 juta. “Hal itu memberikan gambaran tetap kuatnya pasar tenaga kerja di AS,” katanya dalam riset harian pada Rabu, 3 April 2024. 

Menurut Pilarmas, hal ini menimbulkan spekulasi bahwa data tersebut mungkin mencegah The Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga kebijakan lebih cepat dan lebih agresif, yang berpotensi menyebabkan kenaikan imbal hasil obligasi AS dengan tenor 0-tahun mencapai level tertinggi dalam empat bulan, seiring dengan kuatnya permintaan tenaga kerja.

"Pasar mulai berspekulasi bahwa The Federal Reserve mungkin akan menunda pemangkasan suku bunga, yang tentu saja membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam memasuki pasar aset berisiko," kata Pilarmas.

Di sisi lain, Pilarmas juga menambahkan pelaku pasar menjadi lebih waspada setelah gempa bumi terkuat dalam 25 tahun yang melanda Taiwan pagi ini dengan kekuatan mencapai 7,5 skala Richter.