Karyawati melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Negara Indonesia (BNI) di kawasan SCBD, Jakarta, Jum'at, 11 Maret 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Sektor Paling Prospektif untuk Penyaluran Kredit Perbankan Tahun 2023 Versi BNI

  • Untuk tahun depan, BNI akan fokus pada nasabah top tier atau region champion di industri yang dinilai paling prospektif.
Korporasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Chief Financial Officer PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (kode saham: BBNI) Novita Widya Anggraini menyebutkan beberapa sektor yang dinilai paling prospektif untuk penyaluran kredit perbankan pada tahun 2023.

Novita mengatakan, untuk tahun depan, BNI akan fokus pada nasabah top tier atau region champion di industri yang dinilai paling prospektif.

Selain itu, BNI juga akan fokus pada segmen kecil, termasuk mendorong kredit usaha rakyat (KUR) untuk mendorong akselerasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Industri yang prospektif pada tahun depan di antaranya manufaktur, agribisnis, barang konsumen yang bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG), petrokimia, dan konstruksi," ujar Novita dalam Laporan Kinerja BNI Kuartal III-2022 beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, BNI pada kuartal III-2022 mencatat pertumbuhan penyaluran kredit 9,1% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp622,61 triliun.

Pertumbuhan penyaluran kredit ini pun turut mendongkrak laba bersih BNI yang merangkak naik 76,8% yoy.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, penyaluran kredit perseroan pada kuartal III-2022 tumbuh positif berkat strategi fungsi intermediasi melalui penyaluran kredit yang selektif.

"Diharapkan eksposur kredit berkualitas tinggi ini berdampak pada perbaikan kualitas kredit dalam jangka panjang," ujar Royke.

Sepanjang kuartal III-2022, kredit BNI diprioritaskan untuk segmen berisiko rendah dan debitur top tier di setiap sektor industri yang prospektif.

Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross BNI pun turun dari 3,81% menjadi 3,04% sementara rasio NPL net turun dari 0,9% menjadi 0,57%.