<p>Ilustrasi: Hasilperikanan/kkp.go.id</p>
Nasional & Dunia

Bakteri Resisten Antimikroba Jadi Ancaman Serius Sektor Perikanan, KKP Gandeng FAO

  • JAKARTA – Tidak hanya pada sektor peternakan, ancaman bakteri resistansi antimikroba juga menghantui sektor perikanan. Untuk mengatasi masalah ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Food and Agricultire Organization (FAO). Ancaman resistansi antimikroba ternyata tak bisa dianggap remeh, data Kementerian Pertanian menunjukan terdapat 700.000 jiwa meninggal akibat infeksi bakteri yang resistan terhadap antimikroba pada 2013. […]

Nasional & Dunia
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Tidak hanya pada sektor peternakan, ancaman bakteri resistansi antimikroba juga menghantui sektor perikanan. Untuk mengatasi masalah ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Food and Agricultire Organization (FAO).

Ancaman resistansi antimikroba ternyata tak bisa dianggap remeh, data Kementerian Pertanian menunjukan terdapat 700.000 jiwa meninggal akibat infeksi bakteri yang resistan terhadap antimikroba pada 2013.

Jika tidak dikendalikan, angka kematian berpotensi meroket menjadi 10 juta jiwa per tahun dengan kerugian ekonomi sebesar US$10 triliun per tahun pada 2050.

Penggunaan antimikroba yang tidak terkendali dapat memicu munculnya resistansi antimikroba,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangan resmi, Senin, 23 November 2020.

Slamet menjelaskan, penggunaan antimikroba tidak menjadi masalah selama digunakan secara tepat. Artinya, sesuai dengan jenis bakteri yang menginfeksi, dosis, dan mekanisme kerja antibakteri tersebut.

Jika tidak, seperti yang saat ini sudah dialami, resistansi antimikroba berubah menjadi salah satu permasalahan global. Tentunya ini perlu mendapat perhatian serius baik pada bidang kesehatan manusia, hewan maupun perikanan. 

Indonesia sendiri telah menyusun rencana aksi nasional pengendalian resistansi antimikroba 2020-2024. Tujuannya tidak lain untuk memastikan produksi perikanan budidaya tetap tinggi, baik untuk komoditas air payau, air tawar dan laut. 

Perikanan budidaya, kata Slamet, saat ini masih menjadi salah satu tulang punggung ketahanan pangan. Serta pemulihan ekonomi nasional selama pandemi COVID-19.

Selain itu, ia menjamin bahwa pengendalian resistansi antimikroba telah memenuhi prinsip keamanan pangan sehingga menjamin kesehatan masyarakat.

“Kami berharap penyakit pada perikanan budidaya bisa ditangani dengan baik dan benar. Tanpa menimbulkan risiko terjadinya resistensi antimikroba, serta produksi perikanan budidaya bisa lebih baik dan meningkat,” terangnya.