Sektor Properti 2024 Diprediksi Naik Turun
- Tren naik turun sektor properti diakibatkan oleh resesi ekonomi global dan kenaikan suku bunga acuan.
Properti
JAKARTA - Tren sektor properti diprediksi akan mengalami naik turun pada 2024 mendatang. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Center of Economics and Finance INDEF, M Rizal Taufikurrahman yang menyebutkan hal demikian meskipun ekonomi Indonesia tumbuh positif sebesar 5,17% pada triwulan II 2023.
Rizal menyebutkan tren naik turun sektor properti diakibatkan oleh sejumlah faktor dan dua faktor yang paling kuat adalah resesi ekonomi global dan kenaikan suku bunga acuan.
“Dalam kondisi kenaikan suku bunga dan resesi tersebut sehingga membuat perbankan lebih selektif dalam memberikan pinjaman pembiayaan termasuk KPR dan KPA,” ujar Rizal yang disampaikan dalam diskusi daring goodmoney.id bertajuk "Properti, Asuransi Serta Prediksi Panas Bumi Bagaimana Harus Mengantisipasi nya?" pada Rabu, 18 Oktober 2023 di Jakarta seperti dilansir Antara.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, suku bunga rata-rata KPR pada bulan Agustus mencapai 8,25%, mengalami kenaikan dari tingkat sebelumnya yang sebesar 7,50% di bulan Juli 2023.
- Gandeng Amartha, BNI Dukung Digitalisasi Pembiayaan UMKM
- Amazon Mulai Uji Robot untuk Bantu Staf Gudang, Akan Gantikan Manusia?
- Netflix Mulai Naikkan Harga, Bagaimana dengan Harga untuk Pelanggan di Indonesia?
“Tumbuh positif sebesar 5,17% itu didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga tapi di sisi lain (suku bunga) juga naik, ya, jadinya lebih selektif utama di perkotaan (Pulau Jawa),” sebut Rizal.
Oleh karena itu, Rizal mengusulkan agar pemerintah memberikan rangsangan kepada sektor properti dengan berbagai insentif seperti subsidi suku bunga KPR, perbaikan perizinan, dan fasilitas fiskal.
Namun, Rizal menyatakan sektor properti masih menunjukkan potensi pertumbuhan yang positif, terutama di luar Pulau Jawa. Potensi tersebut didukung oleh proyek-proyek infrastruktur yang sedang berkembang di berbagai daerah. Sebagai contoh, pembangunan di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Morowali, Sulawesi Tengah, yang menjadi pusat industri pertambangan nikel, bijih besi, dan komoditas lainnya, telah menarik ratusan ribu tenaga kerja ke wilayah tersebut.
“Para tenaga kerja itu tentu membutuhkan sewaan oleh sebab itu perumahan akan tetap menjadi primadona investasi di sana karena,” sebut Rizal.
Terlebih lagi, di tengah situasi ketidakpastian saat ini, penerapan skema "Rent to Own" (RTO) akan sangat menguntungkan masyarakat jika pemerintah segera melaksanakannya. Dalam skema RTO, masyarakat dapat menyewa sebuah rumah hanya selama 15 tahun, dan setelah itu, rumah tersebut akan menjadi milik mereka.