Sekuritas Ini Rekomendasikan Saham Emas dengan Potensi Cuan di 2025, Ada BRMS dan MDKA
- Pertumbuhan EBITDA ini didorong oleh dua faktor utama: penurunan biaya tunai yang signifikan dan kenaikan harga emas yang terus menunjukkan tren positif.
Bursa Saham
JAKARTA - Sejumlah emiten pertambangan logam, terutama di sektor nikel dan emas, mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan pada kuartal III-2024. Rata-rata EBITDA tumbuh 5% secara kuartalan (qoq) dan 44,5% secara tahunan (yoy).
Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan mencatat bahwa emiten-emiten yang mencatatkan kinerja positif ini antara lain PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Amman Mineral Indonesia Tbk (AMMN), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Farhan bilang bahwa pertumbuhan EBITDA ini didorong oleh dua faktor utama: penurunan biaya tunai yang signifikan dan kenaikan harga emas yang terus menunjukkan tren positif. “Harga emas yang tetap kokoh menjadi salah satu kunci pertumbuhan ini,” jelasnya dalam riset dikutip pada Selasa, 10 Desember 2024.
- Problematika Perlindungan Data Pribadi: Tantangan dan Upaya Perbankan
- Daftar Panjang Presiden Korea Selatan yang Kontroversial
- Low Tuck Kwong Panen Cuan Rp1,90 Triliun dari Dividen Interim Bayan Resources (BYAN)
Farhan juga menjelaskan bahwa bank sentral, terutama di negara berkembang, terus meningkatkan cadangan emas mereka, dengan Polandia sebagai contoh utama, yang menambah cadangannya sebanyak 42 ton.
Oleh sebab itu, kata dia, kondisi tersebut meningkatkan permintaan emas, menjadikannya sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Alhasil, kenaikan ini membawa berkah bagi emiten emas yang melantai di bursa.
Proyeksi Harga Emas dan Nikel
Tidak hanya itu, Samuel Sekuritas memperkirakan bahwa harga emas akan terus mempertahankan kekuatannya pada tahun 2025, dengan rata-rata harga diperkirakan mencapai US$2.550/oz, mencatatkan kenaikan 6,3% yoy.
“Faktor pendorongnya antara lain permintaan emas dari bank sentral negara berkembang, yang diprediksi mencapai 100 ton pada 2025, serta kebijakan pemangkasan suku bunga dari The Fed,” jelasnya.
Namun, sektor nikel diprediksi akan menghadapi tantangan pada kuartal IV-2024. Kelebihan pasokan yang masih terus berlanjut, ditambah ketegangan perdagangan antara AS dan China, serta stimulus pasar yang lemah, akan menekan harga nikel menjadi US$15.500/ton, lebih rendah dari rata-rata harga sepanjang tahun ini yang tercatat US$16.910/ton.
Berdasarkan analisis tersebut, Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor pertambangan logam secara keseluruhan. Namun, mereka lebih mengutamakan saham-saham yang berhubungan dengan emas, mengingat ketidakpastian ekonomi yang diperkirakan akan mendorong peningkatan permintaan untuk aset safe haven.
Rekomendasi Saham
- Bumi Resources Minerals (BRMS):
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp500
Dengan leverage harga emas yang kuat, keuangan solid, dan rencana ekspansi pabrik serta penambangan bawah tanah pada 2027, BRMS dianggap sebagai pilihan yang menarik. - Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel/NCKL):
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp1.200
Pertumbuhan RKEF yang strategis dan biaya tunai terendah di industri menjadikan NCKL sebagai pilihan saham nikel yang solid. - Aneka Tambang (ANTM):
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp1.800
Dengan kinerja yang solid dan prospek jangka panjang, ANTM tetap menjadi favorit di sektor nikel. - Amman Mineral (AMMN):
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp12.000
AMMN berpotensi kuat dengan proyek-proyek ekspansinya yang menjanjikan. - Merdeka Copper Gold (MDKA):
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp3.300
Sebagai pemain utama di sektor emas, MDKA terus menunjukkan kinerja yang stabil.
Rekomendasi Sell
- Harum Energy (HRUM):
Target harga: Rp1.100
Prospek yang terbatas membuat HRUM tidak begitu menarik di pasar saat ini. - Vale Indonesia (INCO):
Target harga: Rp3.400
Meskipun memiliki potensi jangka panjang, kondisi pasar saat ini belum mendukung pergerakan saham INCO.