Sekuritas Ini Sematkan Netral bagi Saham Teknologi, Bagaimana Peluang GOTO dan BUKA?
- Jika rumor BUKA diakusissi oleh Temu benar terealisasi, maka akan menjadi ancaman bagi emiten e-commerce yang telah mapan dengan pangsar pasar Indonesia
Rekomendasi
JAKARTA – Saham-saham emiten sektor teknologi mendapatkan peringkat netral oleh Mirae Asset Sekuritas Indonesia di tengah harapan peningkatan profitabilitas seiring penurunan suku bunga dan kenaikan biaya pada semester II-2024.
Lantas, bagaimana nasib saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)? Apakah masih ada harapan untuk keduanya, terlebih dengan corporate action perseron belum lama ini?
Diketahui, emiten bersandikan GOTO telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) selama lima tahun dengan Alibaba untuk memperkuat layanan platform dan inovasi. Alibaba, yang memegang 88,5 miliar saham GOTO seri A, menegaskan komitmen jangka panjangnya sebagai investor utama di GOTO.
- Korea Utara Semakin Dalam Terlibat di Perang Ukraina
- Bakamla Pastikan Wood Pellet di Kapal MV Lakas Legal, Bisa Berlayar ke Negara Tujuan
- Riset Kredivo: Paylater Mulai Lebih Diminati oleh Pengguna dengan Usia yang Lebih Tua
Di sisi lain, YouTube meluncurkan program afiliasi belanja di Indonesia, bermitra dengan Shopee. Program ini memungkinkan para kreator konten untuk memperoleh komisi dengan mempromosikan produk dalam video.
“Ekspansi ini akan mendongkrak pendapatan kreator dan bersaing langsung dengan Shop Tokopedia,” ungkap analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli, dalam risetnya pada Jumat, 11 Oktober 2024.
Rekomendasi Saham
Sementara itu, marketplace Temu asal China, yang diluncurkan pada September 2022, telah berkembang pesat dengan mencapai 51 juta pengguna transaksi bulanan pada 2024 dan menjangkau 78 negara.
Nah, jika rumor BUKA diakusissi oleh Temu benar terealisasi, maka akan menjadi ancaman bagi emiten e-commerce yang telah mapan dengan pangsar pasar Indonesia. “Ini menjadi ancaman bagi platform seperti Shop Tokopedia dan Shopee, meskipun Temu masih menghadapi hambatan peraturan di Indonesia,” jelas Christopher.
GOTO sendiri tengah mempercepat pertumbuhan pada semester II-2024 melalui produk on-demand service (ODS) dan aplikasi GoPay. GOTO menargetkan untuk menjangkau 150 juta pengguna sambil memperluas pinjaman dan pembiayaan kendaraan. Di sisi lain, Bukalapak (BUKA) akan fokus pada produk gaming dan private label yang menawarkan margin tinggi.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Mirae menetapkan saham GOTO dan BUKA sebagai pilihan teratas di sektor teknologi. Mirae merekomendasikan untuk membeli saham GOTO dengan target harga Rp80 per saham, serta merekomendasikan beli untuk saham BUKA dengan target harga Rp160 per saham.
Belakangan, marketplace Temu disebut-sebut tengah menjajaki cara memasuki pasar Indonesia melalui strategi akuisisi. Terdapat rumor bahwa Bukalapak menjadi salah satu target akuisisi.
Potensi Akuisisi
“Bukalapak merupakan target akuisisi yang ideal bagi Temu berkat kehadirannya yang kuat di wilayah tier 2, keselarasan produk Temu, dan potensi untuk merevitalisasi segmen pasarnya,” ungkap Christopher.
Dia juga meyakini bahwa Temu kemungkinan hanya tertarik pada segmen marketplace Bukalapak, karena aset lainnya tidak relevan. “Mendivestasi pasar saja akan menguntungkan kedua pihak, dengan valuasi berdasarkan pasar, bukan keseluruhan ekosistem,” tuturnya.
Mirae menggunakan model discounted cash flow (DCF) selama 10 tahun untuk memvaluasi bisnis marketplace dan online to offline (O2O) BUKA, yang menghasilkan nilai perusahaan sebesar Rp1,68 triliun dan nilai ekuitas sebesar Rp14,4 triliun.
“Setelah disesuaikan dengan kas dan utang, valuasi tersebut menyiratkan EV/pendapatan BUKA sebesar 0,34 kali untuk tahun 2024, jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan sejenis di dunia yang sebesar 0,92 kali setelah diskon,” jelas Christopher.
Meskipun demikian, karena potensi akuisisi masih bersifat spekulatif, realisasi akuisisi diperlukan untuk memvalidasi nilai BUKA sebenarnya. Jika berhasil, akuisisi tersebut dapat merevitalisasi BUKA dan menawarkan stabilitas serta sentimen positif yang sangat dibutuhkan, terutama setelah perubahan manajemen dan hasil kinerja kuartal II-2024 yang mengecewakan.