<p>Proses pemurnian emas di smelter PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam / Facebook @OfficialAntam</p>
Industri

Selain Gresik dan Halmahera, Ada Opsi Pembangunan Smelter di Papua

  • JAKARTA – Direktur Utama Holding Industri Pertambangan (HIP) alias Mining Industry Indonesia (MIND ID) Orias Petrus Moedak mempertimbangkan rencana pembangunan smelter baru di Papua. Menurutnya, peluang ini terjadi apabila kapasitas produksi smelter tembaga PT Freeport Indonesia bisa tembus lebih dari tiga juta ton. “Jika produksi lebih dari tiga juta ton, ada opsi pembukaan smelter baru di […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Direktur Utama Holding Industri Pertambangan (HIP) alias Mining Industry Indonesia (MIND ID) Orias Petrus Moedak mempertimbangkan rencana pembangunan smelter baru di Papua.

Menurutnya, peluang ini terjadi apabila kapasitas produksi smelter tembaga PT Freeport Indonesia bisa tembus lebih dari tiga juta ton.

“Jika produksi lebih dari tiga juta ton, ada opsi pembukaan smelter baru di Papua,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Rabu, 31 Maret 2021.

Seperti diketahui, pembangunan smelter rencananya akan dibangun di Gresik, Jawa Timur dan Halmahera Tengah, Maluku Utara. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua sendiri mengusulkan agar ada penambahan smelter di wilayah tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Asisten I Bidang Pemerintahan Sekda Papua Doren Wakerkwa mengatakan keinginan tersebut dilatarbelakangi oleh lokasi Freeport yang berada di Timika, Papua.

Smelter memang harusnya di Papua karena Freeport (ada) di Timika,” katanya.

Selain itu, ia juga memastikan Sumber Daya Alam (SDA) di sana mampu mencukupi ketersediaan air dan listrik.

Sementara itu, proyek smelter tembaga yang akan dibangun di Halmahera diketahui bakal digarap oleh Freeport bekerja sama dengan Tsingshan Steel, perusahaan nikel asal China. Smelter yang akan dibangun oleh kedua perusahaan ini berkapasitas 2,4 juta ton dengan nilai investasi mencapai US$2,5 miliar atau setara Rp35 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS).

Pembagian biaya proyek mayoritas ada di Tsingshan sebesar 92,5% dan 7,5% sisanya oleh Freeport. Smelter tembaga tersebut ditargetkan bisa mulai produksi pada 2023.