Selama COVID-19, PMA Kuartal I-2020 Turun 7% Jadi Rp98 Triliun
Dalam situasi pandemi virus corona (COVID-19), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat ada penurunan penanaman modal asing (PMA) sebesar 7% pada periode kuartal I-2020.
Industri
Dalam situasi pandemi virus corona (COVID-19), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat ada penurunan penanaman modal asing (PMA) sebesar 7% pada periode kuartal I-2020.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menuturkan, sepanjang kuartal I-2020, PMA turun menjadi Rp98 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp107,9 triliun.
Apabila menggunakan skema terburuk, BKPM memprediksi realisasi investasi bisa lebih rendah 5,6% dari target yang telah ditetapkan pada akhir tahun ini.
“Skenario terburuknya, realisasi investasi sebesar Rp817 triliun akan sulit tercapai. Mungkin kalau sampai hal itu terjadi, akan direvisi targetnya,” ucap Bahlil dalam video telekonferensi di YouTube BKPM di Jakarta, Senin, 20 April 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Akan tetapi, dia juga menuturkan bahwa peningkatan pertumbuhan investasi masih terbantu oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang meningkat sebesar 8% dengan nominal Rp112,7 triliun.
Jika digabungkan, total realisasi investasi PMA dan PMDN pada kuartal pertama tahun ini, yakni senilai Rp210,7 triliun.
Menurutnya, COVID-19 menjadi penyebab utama terhadap penurunan modal asing. Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi di beberapa negara yang merupakan investor terbesar Indonesia, seperti Singapura dan China.
Secara berurutan, lima besar realisasi investasi PMA pada kuartal pertama tahun ini, yaitu Singapura (US$2,1 juta), China (US$1,3 juta), Hong Kong (US$600.000), Jepang (US$600.000), dan Malaysia (US$500.000).
Tak dapat dimungkiri, Bahlil pun memprediksi kuartal II-2020 juga dapat terpukul imbas dari COVID-19.
“Prediksinya, selama April-Juni 2020 hanya sebesar Rp130 triliun, ambles sekitar 35% dari realisasi kuartal kedua tahun lalu yang senilai Rp200,5 triliun,” ucap Bahlil. (SKO)