Christopher Luxon, Pemimpin Partai Nasional, Berbicara pada Peluncuran Kampanye Pemilihan Partai Nasional Selandia Baru
Dunia

Selandia Baru Diminta Hati-hati Terapkan Stimulus Fiskal

  • Partai-partai besar Selandia Baru telah menjanjikan keringanan biaya hidup kepada para pemilih jika mereka memenangkan pemilihan umum akhir pekan ini. Namun sikap bank sentral bisa menjadi kendala utama mewujudkan hal tersebut.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Partai-partai besar Selandia Baru telah menjanjikan keringanan biaya hidup kepada para pemilih jika mereka memenangkan pemilihan umum akhir pekan ini. Namun sikap bank sentral bisa menjadi kendala utama mewujudkan hal tersebut.

Dikutip dari Reuters, Rabu, 11 Oktober 2023, bank sentral mengatakan biaya pinjaman harus tetap tinggi dan pertumbuhan harus ditekan untuk sementara waktu guna mengendalikan inflasi.

Ini akan memperkuat tantangan bagi dua partai besar negara, yaitu Partai Buruh kiri-tengah dan Partai Nasional kanan-tengah, untuk menyampaikan agendanya di mana kenaikan harga dan utang pemerintah telah menjadi isu utama dalam pemilu.

Pemerintahan baru juga dihadapkan pada defisit neraca berjalan yang telah meningkat hingga mencapai tingkat yang mengkhawatirkan bagi lembaga peringkat kredit, anggaran yang mengalami defisit sejak tahun 2019, tingkat sewa yang mencapai rekor tertinggi, harga rumah yang tidak terjangkau, pasar tenaga kerja yang melemah, hingga ekonomi yang hampir merosot ke jurang resesi.

Banyak dari masalah ini tidak dapat segera diatasi oleh pemerintah mana pun. Namun akan ada harapan agar pemerintahan yang baru dapat meredakan tekanan keuangan pada keluarga dan bisnis.

Pemerintahan baru memiliki tanggung jawab tambahan dalam menjalankan kehati-hatian fiskal. Ini bukan hanya karena Pembaruan Fiskal Pra-pemilihan memperkirakan adanya defisit selama tiga tahun lagi, tetapi juga karena bank sentral telah memperingatkan bahwa stimulus fiskal akan membuat pertempuran melawan inflasi menjadi lebih sulit.

“Bank Selandia Baru mencatat bahwa bank sentral akan memerlukan kontribusi dari pemerintah agar dapat menjaga tingkat suku bunga tunai pada level 5,5% yang saat ini diusulkan,” kata para analis Bank Selandia Baru dalam sebuah catatan.

Mereka mengatakan pasar khawatir bahwa sebuah kelompok sayap kanan tidak akan mampu mendanai pemotongan pajak. Adapun pemerintahan sayap kiri tidak akan mampu mengendalikan pengeluaran sesuai dengan perkiraan.

Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa Partai Nasional kemungkinan akan mendapatkan bagian terbesar dari suara. Namun mereka perlu bermitra dengan setidaknya satu partai lain untuk membentuk pemerintahan. 

Sistem proporsional campuran (MMP) negara ini telah menjadikan koalisi sebagai norma sejak diperkenalkan pada tahun 1996. Partai Nasional telah berjanji untuk mengatasi lonjakan biaya hidup dengan memotong pajak penghasilan. 

Mereka mengatakan rencana ini dapat didanai dengan mengenakan pajak pada pembeli asing rumah senilai NZ$2 juta atau lebih (US$1,21 juta). Namun, pihak oposisi berpendapat hal tersebut tidak akan mencukupi untuk menutupi pemotongan pajak yang diusulkan.

Bagi seorang pekerja dengan penghasilan rata-rata yang tidak memiliki anak, pemotongan pajak tersebut setara dengan NZ$24,85 per minggu atau sekitar kenaikan take-home-pay sebesar 2,4%, berdasarkan data dari Statistics New Zealand dan “kalkulator pajak” Partai Nasional.  Tingkat inflasi tahunan di Selandia Baru saat ini berada pada tingkat 6%, yang merupakan tingkat tertinggi dalam sejarah. 

Platform Partai Nasional juga mencakup pengembalian fokus utama Bank Sentral Selandia Baru pada pengendalian inflasi dan menyingkirkan penambahan baru-baru ini terkait mandat ketenagakerjaan, yang menurut para analis mungkin akan memberikan bank sentral orientasi yang lebih hawkish.

Di sisi lain, Partai Buruh berjanji mengurangi pajak barang dan jasa sebesar 15% pada buah-buahan dan sayuran yang dijual di Selandia Baru. Mereka juga telah melaksanakan rencana seperti menghapus biaya resep, menghadirkan transportasi umum yang lebih murah dan gratis, serta meningkatkan dukungan perawatan anak.

Lebih Banyak Utang

Tantangan terbesar bagi banyak warga Selandia Baru adalah tingkat suku bunga hipotek. Utang hipotek rumah tangga di negara itu mencapai NZ$346,4 miliar, dan total pinjaman yang jatuh tempo kini mencapai NZ$1,3 miliar, meningkat 65% dibandingkan dengan 12 bulan sebelumnya.

Tampaknya tidak akan ada keringanan di bidang tersebut. Bank Sentral Selandia Baru mengatakan pekan lalu bahwa mereka tidak akan menurunkan tingkat suku bunga resmi dari level tertinggi dalam 15 tahun sampai mereka yakin bahwa inflasi kembali ke kisaran target mereka, yaitu antara 1% hingga 3%, dan tidak sepenuhnya menutup kemungkinan kenaikan lebih lanjut.

Sektor publik sendiri memiliki masalah utangnya sendiri setelah mengalami rekor defisit anggaran selama pandemi dan tumpukan utang kotor sebesar NZ$155 miliar. Pada saat yang sama, biaya peminjaman pemerintah semakin meningkat dan defisit neraca berjalan yang terus membengkak menjadi sebuah risiko terhadap peringkat kredit negara ini.

Kelly Eckhold, kepala ekonom di Westpac Selandia Baru, mengatakan pemerintah yang baru akan menghadapi pilihan fiskal yang sulit. “Kecuali jika Pemerintah bersedia untuk menjalankan defisit operasional yang lebih tinggi dan tingkat utang yang lebih tinggi, kemungkinan anggaran di masa depan akan memerlukan pemangkasan pengeluaran lebih lanjut dan/atau sumber pendapatan tambahan,” katanya.