Lana Kementerian ESDM
Energi

Selangkah Kurangi Ketergantungan Fosil, ESDM Lirik Potensi Energi Air

  • Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) Lana Saria mengungkapkan pemerintah terus berupaya mengakselerasi transisi energi di Indonesia. Hal itu salah satunya dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memanfaatkan sumber EBT seperti air.

Energi

Debrinata Rizky

BANDUNG - Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) Lana Saria mengungkapkan pemerintah terus berupaya mengakselerasi transisi energi di Indonesia. Hal itu salah satunya dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memanfaatkan sumber EBT seperti air. 

Lana menjelaskan, Indonesia memiliki potensi energi air yang sangat besar dengan total potensi mencapai 89,37 GW yang tersebar di 293 lokasi. Adapun potensi di bendungan yang mencapai 14.701,71 MW di 257 lokasi. 

"Salah satu contoh nyatanya adalah Pembangunan PLTS Terapung Cirata sebagai PLTS terbesar se-Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia," ujar Lana di Bandung pada Jumat, 13 September.

PLTS ini dibangun di atas Waduk Cirata seluas 200 hektare yang berlokasi di tiga kabupaten, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat. Mempunyai kapasitas 145 MW Ac atau setara 192 MWp, dan terdiri dari 13 pulau dengan total luasan panel surya sekitar 130 hektare

Menurutnya potensi air di danau-danau seluruh Indonesia juga memiliki cadangan energi yang besar. Tercatat total potensi energi dari danau sebesar 74.665,25 MW di 36 lokasi. 

Lana menyampaikan, bahwa Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya air sebagai bagian dari transisi energi bersih yang sedang diupayakan.

"PLTS menjadi salah satu contoh proyek energi terbarukan yang penting di Indonesia, karena mencerminkan pergeseran menuju sumber energi bersih dan berkelanjutan dalam upaya mengatasi perubahan iklim dan masalah lingkungan," sambung Lana. 

Untuk mencapai target mencapai NZE 2060 ini, diakuinya memiliki tantangan. Di antaranya pengurangan emisi dari pembangkit listrik, pensiun dini PLTU, hingga optimalisasi sumber energi baru dan terbarukan, menjadi tantangan program ini. 

Untuk mengatasi tantangan-tantangan itu, Pemerintah telah menetapkan rencana untuk pengembangan 367 gigawatt (GW) pembangkit listrik EBT pada tahun 2060. 

Kapasitas PLTS akan menjadi 115 GW, pembangkit listrik terbesar, diikuti oleh PLTA (46 GW), PLT Amonia (41 GW), dan PLTB (37 GW). Selain itu, tidak ada tambahan pembangkit listrik batu bara setelah tahun 2030, kecuali yang sedang dalam tahap konstruksi.