Selisih Rp45 Triliun, Pentagon Salah Hitung Nilai Senjata yang Dikirim ke Ukraina
- Pentagon mengakui telah melakukan kesalahan dalam menghitung harga senjata yang dikirimkan hingga US$3 miliar atau hampir Rp45 triliun
Dunia
WASHINGTON-Pentagon mengakui telah melakukan kesalahan dalam menghitung harga senjata yang dikirimkan ke Ukraina hingga US$3 miliar atau hampir Rp45 triliun (kurs Rp14.800).
Pentagon telah melebihkan nilai amunisi, rudal, dan peralatan lain yang dikirim ke Ukraina. Kesalahan ini berpotensi menguntungkan Ukraina karena berarti akan lebih banyak senjata dikirim untuk pertahanannya Rusia.
Seperti diketahui dalam banyak paket bantuan militer yang dikirim ke Ukraina, Pentagon memilih untuk mengambil stok barang lama yang sudah ada agar bisa dikirim cepat. Kesalahan terjadi karena senjata itu dinilai dengan harga sekarang. Tidak saat membeli ditambah dengan nilai penyusutan.
“Selama proses pengawasan regular pihaknya menemukan ketidakkonsistenan dalam penilaian peralatan untuk Ukraina,” kata Juru bicara Pentagon Sabrina Singh pada Kamis 18 Mei 2023.
- Cultural Capital: Misteri di Balik yang Kaya Tetap Kaya dan yang Miskin Tetap Miskin
- Ikut Jejak Twitter, Google Bakal Hapus Akun Tak Aktif Tahun Ini
- Jelang Akhir Pekan, Harga Emas Antam Ambrol Rp10.000 Segram
Sebagai contoh dalam kasus amunisi arteleri 155 mm. Pentagon menilai saat ini yakni sekitar US$800 atau sekitar Rp12 juta. Tetapi harga sebenarnya dari setiap peluru yang telah dikirim ke stok militer Amerika setiap tahun selama beberapa dekade selalu berbeda. Amerika telah mengirimkan lebih dari 1,5 juta peluru jenis ini ke Ukraina.
Seorang pejabat pertahanan mengatakan Pentagon masih berusaha menentukan dengan tepat berapa nilai total kelebihan itu. Kantor berita Reuters mengutip seorang pejabat pertahanan Amerika melaporkan, ada kemungkinan kelebihan nilai ini akan melebihi US$3 miliar.
Hasilnya berarti departemen pertahanan Amerika mungkin akan memiliki lebih banyak dana yang tersedia untuk dikirim ke Ukraina.
Sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022, Amerika telah memberikan bantuan militer kepada Ukraina hampir US$37 miliar. Sebagian besar bantuan itu berupa sistem senjata, jutaan amunisi, sejumlah kendaraan, sensor, radar, dan peralatan lain. Mereka kebanyakan ditarik dari persediaan Pentagon dan dikirim dengan cepat ke Ukraina.
Singh mengatakan kesalahan akuntansi tidak membatasi dukungan Amerika ke Ukraina atau menghambat kemampuan mengirim bantuan ke medan perang. Masalah ini juga akan segera dilaporkan ke Kongres.
Bantuan F-16
Di bagian lain Pemerintahan Biden telah memberi isyarat kepada sekutu Eropa bahwa mereka akan mengizinkan mereka mengekspor jet tempur F-16 ke Ukraina. Sumber yang mengetahui diskusi tentang masalah tersebut dikutip CNN mengatakan, Gedung Putih mendapat tekanan dari anggota Kongres dan sekutu untuk membantu Ukraina mendapatkan pesawat tempur.
Sejumlah negara Eropa memiliki pasokan F-16, termasuk Belanda telah mengisyaratkan kesediaan untuk mengekspor beberapa di antaranya ke Ukraina. Tetapi Amerika harus menyetujui transfer pihak ketiga itu karena teknologi Amerika yang sensitif.
- Tim Voli Jakarta Bhayangkara Presisi Berangkat ke Bahrain untuk Rebut Gelar Juara Asia di AVC 2023
- Erick Thohir Tawarkan BSI (BRIS) ke Investor Qatar
- Setelah Layanan BSI Dinyatakan Normal Kembali, 15 Juta Data Pengguna Diduga Dicuri via Ransomware
Meski Amerika tetap enggan untuk mengirim F-16 sendiri ke Kyiv, para pejabat Amerika mengatakan kepada CNN pemerintah siap untuk menyetujui ekspor jet ke Ukraina jika sekutu memutuskan untuk memasoknya ke Ukraina.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby menolak berkomentar secara khusus tentang kemungkinan Amerika mengirim jet tempur F-16 ke Ukraina. Tetapi dia mengatakan secara luas bahwa Amerika telah melihat ke depan tentang kemampuan dan kebutuhan masa depan.
Anggota parlemen Amerika dan kongres juga telah bergabung dalam kampanye lobi F-16. Mereka mendesak pemerintah untuk menyediakan jet sehingga Ukraina dapat membangun kendali atas langitnya.
Pejabat Gedung Putih mengatakan masalah ini diperkirakan akan menjadi bahan perdebatan pada KTT NATO berikutnya di Vilnius, Lituania pada bulan Juli mendatang.
Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan awal pekan ini bahwa Inggris dan Belanda sedang beusaha membentuk koalisi internasional untuk mendapatkan jet bagi Ukraina. Termasuk melatih pilot Ukraina dengan pesawat tempur tersebut.