Gedung Telkom di kawasan Jl Gatot Subroto Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
BUMN

Seluruh Lini Bisnis Telkom Tumbuh Positif pada Kuartal III 2023

  • Telkom sendiri membukukan pendapatan konsolidasi pada kuartal ketiga 2023 sebesar Rp111,2 triliun atau tumbuh positif 2,2% (yoy).

BUMN

Bintang Surya Laksana

JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui sejumlah anak usahanya berhasil catatkan pertumbuhan positif pada seluruh lini bisnisnya selama kuartal III 2023.  

Melansir keterangan resmi pada 1 November 2023, Telkomsel mencatatkan pertumbuan sebesar secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 29,6% (quarter-on-quarter/qoq) pada segmen Mobile dan Consumer. Tercatat Telkomsel berhasil bukukan pendapatan sebesar Rp73,2 triliun. 

Pertumbuhan profitabilitas tersebut didorong oleh pertumbuhan Digital Business sebesar 7,0% (yoy), dengan kontribusi yang meningkat dari 80,1% menjadi 86,1% dari total pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada segmen ini, Telkomsel mengklaim memegang posisi sebagai market leader dengan 158,3 juta pelanggan mobile dan 9,8 juta pelanggan fixed broadband.

Di segmen Enterprise, Telkom mencatatkan pendapatan sebesar Rp14,6 triliun, tumbuh 6,6% (yoy). Pertumbuhan tersebut berasal dari solusi B2B Digital IT Services dan Enterprise Connectivity. 

Selanjutnya, segmen Wholesale dan International mencatat pendapatan sebesar Rp12,3 triliun, dengan pertumbuhan 9,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong pertumbuhan bisnis layanan suara wholesale internasional dan bisnis infrastruktur digital.

Pada bisnis data center, TelkomGroup memiliki dan mengelola 32 data center di empat negara yakni Indonesia, Singapura, Hong Kong, dan Timor Leste dengan rata-rata utilisasi mencapai 70%. Mayoritas data center tersebut memiliki klasifikasi tier 3 dan 4, dengan total kapasitas mencapai 42 MW. Selain data center, perusahaan juga berfokus pada layanan cloud untuk memenuhi berbagai kebutuhan digital pelanggan. Pada September 2023 bisnis tersebut telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp1,4 triliun.

Pada bisnis menara telekomunikasi, anak usaha Telkom, Mitratel yang juga sebagai tower provider terbesar di Asia Tenggara dengan kepemilikan 37.091 tower dan tenancy ratio 1,5x mencatatkan pendapatan sebesar Rp6,27 triliun, atau tumbuh 11,9% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh pendapatan sewa menara. 

Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi (EBITDA) mengalami pertumbuhan 14,8 (yoy) dengan margin 80,6% dan laba bersih juga tumbuh 16,6% (yoy) dengan margin sebesar 22,8%. Jumlah kolokasi dan penyewa juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 21,3% (yoy) dan 10,5% (yoy). 

Selama periode tersebut, Mitratel menunjukkan kinerja keuangan yang kuat dengan leveraging ratio rendah, yaitu rasio net to debt EBITDA sebesar 1,9x yang menunjukkan stabilitas dan potensi pertumbuhan di masa depan.

Hingga September 2023, Telkom telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp22,1 triliun atau setara dengan 19,9% dari total pendapatan perseroan. Belanja modal tersebut berfokus pada pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman digital pelanggan. 

Pada bisnis fixed broadband, belanja modal digunakan untuk pengembangan akses fiber optic, infrastruktur kabel laut, serta proyek-proyek seperti menara telekomunikasi dan data center. Sementara itu, investasi modal juga digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan 4G, mengembangkan teknologi 5G, dan memperkuat sistem IT dalam bisnis mobile.

Telkom sendiri membukukan pendapatan konsolidasi pada kuartal ketiga 2023 sebesar Rp111,2 triliun atau tumbuh positif 2,2% (yoy). Pendapatan tersebut didorong oleh kinerja bisnis Data, Internet, dan IT Service yang tumbuh sebesar 4,8% dan IndiHome yang juga tumbuh sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Telkom mencatatkan EBITDA sebesar Rp59,1 triliun, dengan EBITDA Margin 53,1%, meningkat dari 52,2% pada semester sebelumnya. Telkom juga membukukan pertumbuhan pada laba bersih yakni sebesar 17,6% (yoy) atau mencapai Rp19,5 triliun. Sementara itu, biaya pemasaran perusahaan alami penurunan sebesar 6,9% (yoy) menjadi Rp2,6 triliun yang diklaim karena adanya strategi promosi yang efektif.