Semester II-2020, Bank Jago Siap ‘Berkokok’ Lebih Kencang
JAKARTA- PT Bank Jago Tbk berencana akan melakukan ekspansi di semester kedua tahun ini sejalan dengan misi perseroan untuk menjadi bank berbasis teknologi. “Kami akan memulai ekspansi pada semester dua, setelah meluncurkan aplikasi dan menerapkan bisnis model secara bertahap,” kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam paparan publik di Jakarta, Rabu 26 Agustus 2020. […]
Industri
JAKARTA- PT Bank Jago Tbk berencana akan melakukan ekspansi di semester kedua tahun ini sejalan dengan misi perseroan untuk menjadi bank berbasis teknologi.
“Kami akan memulai ekspansi pada semester dua, setelah meluncurkan aplikasi dan menerapkan bisnis model secara bertahap,” kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam paparan publik di Jakarta, Rabu 26 Agustus 2020.
Setelah akuisisi rampung pada Desember 2019 dan dilanjutkan dengan penambahan modal melalui penerbitan saham baru (rights issue) pada April 2020, kinerja Bank Jago pada kuartal II-2020 relatif membaik.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Aset bank yang dulunya bernama Bank Artos tersebut meningkat dengan sejumlah indikator keuangan menunjukkan tren positif. Adapun dari sisi permodalan dan likuiditas, selain sehat bank namun juga kuat untuk menopang rencana ekspansi. Aset bank meningkat 146 persen menjadi Rp1,7 triliun tahun ke tahun (yoy) per akhir Juni 2020.
Dari jumlah tersebut, rasio aset produktif bermasalah terhadap total aset terjaga di level 0,17 persen. Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 4,83 persen. Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross, turun dari 6,41 persen pada Juni 2019 menjadi 0,92 persen pada Juni 2020.
Penyaluran Kredit
Dari sisi penyaluran kredit, terjadi penurunan sebesar 27 persen menjadi Rp273 miliar. Sedangkan dana pihak ketiga juga turun 26 persen menjadi Rp405 miliar. Hal itu terutama karena penurunan aktivitas usaha dan pertumbuhan ekonomi akibat dampak dari pandemi COVID-19. Bank Jago pun membukukan rugi bersih senilai Rp 51 miliar di semester I-2020.
“Angka penyaluran kredit dan dana pihak ketiga Bank Jago memang masih relatif kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, terutama setelah bisnis model diimplementasikan secara optimal, kami optimistis bank ini akan terus bertumbuh dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pengembangan ekonomi digital,” ujar Kharim.
Kharim menjelaskan, fokus manajemen selama semester I-2020 adalah menuntaskan rights issue, merancang bisnis model dan mendesain ulang organisasi agar sejalan dengan aspirasi menjadi bank berbasis teknologi. Hal tersebut tentu berimplikasi pada peningkatan biaya operasional, karena perusahaan berinvestasi di teknologi serta merekrut tenaga kerja yang relevan dengan aspirasi bank.
“Ini sudah menjadi komitmen kami sejak pertama kali mengakuisisi bank. Kami akan terus berinovasi, mengoptimalkan teknologi terkini, untuk memberikan pengalaman baru dalam berbank,” katanya.
Ia menuturkan, Bank Jago memiliki komitmen menjadi bank berbasis teknologi yang memberikan solusi finansial bagi nasabah dan para pelaku ekonomi dengan memperkuat ekosistem digital. Komitmen itu dibangun di atas keyakinan bahwa digitalisasi akan memainkan peran penting dalam meningkatkan semangat kewirausahaan (entrepreneurship), pemerataan kesejahteraan dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Untuk mewujudkannya, kami akan memperbanyak partnership, membangun kolaborasi dan sinergi dengan semua pelaku ekonomi digital. Prinsip kolaborasi akan menjadi faktor kunci,” ujar Kharim.