Seminggu Setelah Gas Rusia Disetop, Apa Kabar Eropa?
- Organisasi industri Gas Infrastructure Europe tidak ada risiko krisis energi langsung atau kekurangan pasokan di Eropa.
Dunia
JAKARTA- Arus gas Eropa Tengah telah beradaptasi dengan penghentian pasokan Rusia melalui Ukraina pada 1 Januari. Sejauh ini peningkatan pengiriman ke wilayah tersebut dari Jerman dan Italia menutupi kekurangannya.
Austria menerima gas melalui Slovakia hingga akhir tahun. Meskipun pasokannya dikontrak dari raksasa gas Rusia Gazprom telah berhenti pada bulan November.
Austrian Grid Management dalam laporan harian pada Senin 6 Januari 2025 yang dikutip Reuters mengatakan negara tersebut meningkatkan impor dari Jerman dan Italia ketika aliran dari Slovakia dihentikan.
Gas juga berhenti mengalir melalui Slovakia dan menuju Republik Ceko. Slovakia memanfaatkan koneksi dengan Hungaria sebagai satu-satunya sumber impornya sepanjang tahun ini.
Pengiriman dari Gazprom untuk penggunaan Slovakia sendiri berdasarkan kontrak jangka panjang dengan pemasok utama Slovakia SPP. Kontrak mencakup sekitar dua pertiga pasar Slovakia dan ini juga terhenti saat transit Ukraina berakhir.
SPP mengatakan rute Hungaria yang digunakan untuk membawa gas dari Rusia melalui jaringan pipa TurkStream, merupakan alternatif penting karena tidak adanya aliran gas dari Ukraina. Namun, disebutkan alternatif yang lebih disukai adalah melalui Jerman dan menuju Republik Ceko atau Austria. Data jaringan menunjukkan bahwa sejauh ini rute ini belum digunakan.
- Bukalapak Resmi Tutup Layanan E-Commerce, Fokus Jualan Produk Ini
- Hormati Keputusan MK Terkait Klaim Asuransi, Ini Langkah AAUI untuk Cegah Potensi Fraud
- GOTO Perpanjang Jabatan Patrick Walujo sebagai Dirut, Begini Komentar Analis
Republik Ceko yang importirnya tidak memiliki kontrak langsung dengan Gazprom, telah beralih kembali mengambil gas dari jaringan Jerman. Ceko hampir sepenuhnya berhenti menggunakan gas Rusia pada tahun 2023. Tetapi impor dari timur meningkat pada tahun 2024, yang oleh para pelaku pasar dikaitkan dengan pungutan Jerman yang membuat biaya pengiriman dari barat lebih tinggi. Pungutan tersebut dibatalkan untuk transit sejak 1 Januari hingga memudahkan peralihan ke pasokan barat.
Transnistria Paling Parah
Situasi terparah dialami Transnistria. Sebuah wilayah yang memisahkan diri dari Moldova dan didukung Rusia. Transnistria harus mengalami pemadaman listrik bergilir selama 8 jam sehari. Pemadaman listrik bergilir tidak dapat dihindari. “Jika tidak republik ini dapat kehilangan jaringan listriknya, pembangkit listrik Moldavskaya, dan berakhir tanpa listrik sama sekali," kata Presiden Transnistria Vadim Krasnoselsky.
Dia menambahkan jaringan listrik yang dibangun pada era Soviet tidak dapat menangani beban yang meningkat tajam. Teknisi listrik bekerja dalam kondisi yang paling menantang. Sejak 1 Januari, wilayah yang mendeklarasikan diri sebagia republik itu hidup tanpa pemanas dan air panas. Moldova menawarkan bantuan kepada wilayah itu untuk membeli gas alam di pasar Eropa. Tetapi otoritas republik yang tidak diakui itu menolak dan menunggu pasokan dari Gazprom Rusia.
Hal ini juga berdampak pada Moldova. Negara ini tidak lagi bergantung pada gas Rusia. Tetapi mengandalkan pembangkit listrik berbahan bakar gas di Transnistria untuk memasok sekitar dua pertiga listriknya .
Ada rute alternatif untuk mengirimkan gas Rusia ke Moldova melalui Bulgaria dan Rumania. Dan semua pihak telah lama mengetahui bahwa kesepakatan transit Ukraina kemungkinan akan berakhir.
Penghentian transit gas Rusia melalui Ukraina mau tidak mau mendorong kenaikan harga bahan bakar biru di Eropa. Bloomberg melaporkan berdasarkan hasil minggu perdagangan pertama, harga gas meningkat sebesar 5% menjadi sekitar $540 per 1.000 meter kubik. Ini belum pernah terjadi sejak Oktober 2023.
Kerugian Rusia
Organisasi industri Gas Infrastructure Europe tidak ada risiko krisis energi langsung atau kekurangan pasokan di Eropa. Dan Uni Eropa (UE) memperkirakan tidak akan ada dampak langsung pada harga konsumen. Hanya saja Eropa tampaknya lebih rentan terhadap volatilitas pasar jika ingin mengganti gas alamnya yang hilang. Ini karena harga gas telah melonjak hingga 50% dari tahun ke tahun. Harga energi yang lebih tinggi dapat semakin merusak daya saing blok tersebut dan meningkatkan biaya bagi rumah tangga.
Namun, sebagaimana dicatat oleh para ahli, konsekuensi geopolitik dari penghentian pasokan gas juga akan dirasakan Moskow. Kini negara tersebut telah menyerahkan dominasinya dalam pasokan gas ke negara-negara Uni Eropa ke Amerika Serikat, Qatar, dan Norwegia.
- LK21 dan Anoboy Ilegal, Ini 6 Platform Streaming yang Aman
- LK21 dan LokLok Ilegal, Berikut 5 Aplikasi Nonton Film dan Drama Lengkap dan Aman
- CBDK Patok Harga IPO di Level Rp4.060, Target Saham Diproyeksikan Naik 157 Persen
Gazprom yang pernah menjadi eksportir gas alam terbesar di dunia mencatat kerugian pendapatan sebesar US$7 miliar atau sekitar Rp113 triliun (kurs Rp16.100) pada tahun 2023 saja. Ini adalah kerugian tahunan pertama sejak tahun 1999.
Analis sektor minyak dan gas Mikhail Krutikhin mengatakan Ini adalah langkah terakhir untuk sepenuhnya menghilangkan gas Rusia dari Eropa. Menurut dia kini Gazprom hanya tinggal memiliki satu jalur lagi untuk mengirimkan produknya ke benua Eropa. Jalur tersebut adalah Turkstream yang di Bulgaria dikenal menjadi Aliran Balkan. “Namun volume di jalur ini kecil yakni sekitar 16 miliar meter kubik per tahun. Aliran dipasok terutama ke dua negara yakni Serbia dan Hongaria,” katanya dikutip VOA Rusia.
Tentang siapa yang dirugikan, menurut Krutikhin perhitungan arimatikanya cukup sederhana. Dia mengaku telah berbicara dengan para pemimpin perusahaan Jaringan Transportasi Gas (GTS) Ukraina. Menurut mereka, Rusia menerima sekitar US$6,5 miliar (sekitar Rp105 triliun) untuk gasnya yang melewati Ukraina. Dan Ukraina menerima sekitar US$300 juta (sekitar Rp4,8 triliun) untuk biaya transit. Jumlah ini kurang dari 0,5% PDB negara tersebut.
Gazprom atas perintah dari atas, mulai mengurangi pasokan ke Eropa. Dan kemudian perang ikut campur yang menyebabkan fakta bahwa memompa gas Rusia melalui Ukraina menjadi tidak mungkin. Pemerasan gas yang dilakukan Putin terhadap Eropa sebenarnya menyebabkan penarikan diri Rusia dari pasar Eropa.
“Setelah Gazprom melanggar semua kewajiban kontraknya, Eropa terpaksa mengambil tindakan yang memadai. Parlemen Eropa dan Dewan Eropa memutuskan untuk memastikan kemerdekaan penuh negara-negara Uni Eropa dari gas Rusia pada tahun 2027,” tambah Krutikhin.
Tentu saja pasokan gas Rusia ke Eropa belum sepenuhnya berhenti. Pengamat ekonomi Maxim Blunt mengatakan beberapa negara UE terus menerima gas alam dari Federasi Rusia melalui Turki. Tetapi volumenya tidak sama dengan volume sebelum perang. Secara obyektif, tidak ada yang mendapat manfaat dari penghentian transit melalui Ukraina.
“Jika pada masa normal semua keputusan diambil berdasarkan kemaslahatan. Kini perhitungan didasarkan pada keinginan untuk menimbulkan kerugian yang paling besar bagi pihak lain,” katanya. Dari sudut pandang ini, Gazprom, dan Rusia, dinilai Blunt adalah pihak yang paling dirugikan.
Eropa memiliki cukup waktu untuk mempertimbangkan pilihan pasokan alternatif dan beralih ke pasokan tersebut. Karena sudah jelas, transit di Ukraina adalah rute yang sangat berisiko. Dan tidak masuk akal jika tidak memiliki opsi cadangan.
Pada saat yang sama jelas bahwa Gazprom adalah perusahaan yang tidak akan dibiarkan bangkrut. Oleh karena itu, pembayar pajak Rusia akan membayar kerugian yang dialami perusahaan tersebut. Pertama, tarif gas kemungkinan besar akan meningkat secara signifikan. “Kedua, sebagian besar pengeluaran Gazprom masih dalam rubel. Ini menjadikan akan ada lebih banyak rubel tanpa jaminan. Artinya, penduduk akan membayar pajak inflasi,” terang Blunt.
Tentu saja harga gas di Eropa akan naik. Tetapi menurut Blunt tidak separah pada tahun 2021. Ukraina memberi Eropa cukup waktu untuk mengurangi ketergantungannya pada gas Rusia sebanyak mungkin.