Ilustrasi aset kripto Bitcoin.
Fintech

Sempat Anjlok 3 Bulan Berturut-turut, Nilai Transaksi Kripto Kembali Naik

  • Pada akhir Juni 2023, nilai transaksi kripto kembali merangkak naik 9,2% mtm dari Rp8,21 triliun pada bulan sebelumnya menjadi Rp8,97 triliun.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Setelah sempat mengalami anjlok selama tiga bulan berturut-turut di tahun ini, akhirnya nilai transaksi aset kripto kembali mengalami kenaikan pada Juni 2023.

Pada Januari 2023, Badan Pengawas Pusat Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi kripto sebesar Rp12,14 triliun, yang mana angka tersebut naik 24% secara month-to-month (mtm) dari Rp9,74 triliun pada Desember 2022.

Kemudian, bersamaan dengan bertumbuhnya ekspektasi akan melonggarnya pengetatan kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed), nilai transaksi kripto mengalami kenaikan 13% ke angka Rp13,8 triliun pada Februari 2023.

Akan tetapi, seiring dengan dirilisnya data-data yang masih menunjukkan ketidakpastian akan keputusan The Fed, dan ditambah pula dengan permasalahan regulasi kripto yang diusung oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission/SEC) Amerika Serikat (AS), nilai transaksi kripto mulai kembali menyusut.

Pada Maret 2023, nilai transaksi kripto tercatat sebesar Rp12,54 triliun dengan penurunan 9,1% mtm dibanding bulan sebellumnya.

Nilai tersebut terus menurun pada dua bulan berikutnya, yang mana pada bulan April tercatat angka Rp10,77 triliun (-14% mtm) dan Rp8,21 triliun (-23% mtm) pada Mei.

Akan tetapi, pada akhir Juni 2023, nilai transaksi kripto kembali merangkak naik 9,2% mtm dari Rp8,21 triliun pada bulan sebelumnya menjadi Rp8,97 triliun.

Nilai Transaksi Masih Anjlok Secara Tahunan

Meskipun nilai transaksi kripto kembali merangkak naik di bulan terakhir semester I tahun ini, namun angkanya masih anjlok jika dihitung secara tahunan.

Pada Juni 2022, nilai transaksi kripto di dalam negeri mencapai Rp20 triliun. Angka tersebut merosot hingga 55,15% secara year-on-year (yoy) pada Juni 2023.

Amblesnya nilai transaksi kripto di Indonesia memang sudah terus menurun saat memasuki semester I tahun lalu, yang mana pada saat itu datang sejumlah sentimen negatif untuk industri cryptocurrency.

Sentimen negatif yang terjadi pada 2022 di antaranya ambruknya kripto Terra (LUNA) yang nilainya bahkan sempat lebih lemah daripada rupiah setelah sebelumnya menempati jajaran 10 aset dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Kemudian, suku bunga The Fed yang terus mengalami kenaikan pun menjadi pendorong pelaku pasar untuk keluar dari industri kripto yang berisiko.

Tidak cukup sampai di sana, krisis likuidasi yang dialami beberapa crypto exchange pun menjadi variabel yang mendorong pasar kripto untuk jatuh.